PROBLEM PENANAMAN ADAB BAGI GENERASI MUDA KITA?



"...rendahnya nilai keadaban pada generasi muda muslim tidaklah sesederhana penglihatan kita terhadap penomena adab yang rendah seperti pencurian, kekurangtertiban, sampah berserakan, ruang yang kotor dan lainnya. Penomena ini hanyalah penampakan jismiyah dari penomena yang lebih esensial, yaitu perilaku anti keadaban atau uncivilize yang bersarang dalam lubuk hati dan pikiran sebagian generasi kita. Penomena ini harus dihadapi dengan semangat jihad dalam membangun tata hidup yang beradab (civilize). Dosen/guru, orang tua atau anak-anak muda yang civilize tidak boleh kalah berhadapan dengan generasi yang uncivilize tersebut."

*******

Seyogianya generasi muda muslim adalah umat yang paling tinggi adabnya dibanding yang lain. Islam yang mereka anut sangat kaya dengan nilai-nilai keadaban. Dalam ruang-ruang perkuliahan, majelis-majelis ilmu atau pengajian, dosen/pendidik atau guru mengaji/ustadz hampir setiap kesempatan mengingatkan adab-adab yang luhur seperti adab bersih, adil, jujur, amanah, dan lainnya. Namun, ironis, pengetahuan kognitif nilai-nilai adab tidak berhasil membentuk sikap keadaban yang luhur.


Apa yang salah dari penanaman nilai-nilai adab pada generasi kita?

Jika problematika penanaman nilai-nilai adab ini dilihat dari perspektif kognitif, psikomotorik, dan afektif, maka yang tampak amat kurang dilakukan oleh para pendidik dan orang-orang tua adalah aspek psikomotorik dan afektif dalam membentukan adab. Dalam hal afektif, tidak sedikit pendidik dan orang tua berprilaku yang bertentangan dengan pengajaran adab yang mereka sampaikan. Contoh mencolok, seorang guru mengajarkan hidup bersih kepada siswa di dalam kelas. Namun saat berada di luar kelas, siswa menyaksikan guru dimaksud dengan tanpa merasa bersalah, melemparkan sampah dari jendela ruang guru. Contoh lain, guru mengajarkan kepada siswa untuk menjaga kebersihan toilet. Tetapi siswa tidak pernah melihat guru mengajak siswa membersihkan toilet. Ironi yang mereka saksikan, justru guru menjadi bagian dari buruknya pemeliharaan kebersihan toilet. Dalam kasus ini, guru hanya mengatakan, tetapi tidak melakukan. Perilaku ini mirip dengan perangai Yahudi yang dikritik dalam Al-Qur`an dengan kalimat, "Kabura maqtan 'indallahi an taqulu ma la taf'alun" (Amat besar dosanya di sisi Allah bahwa kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian lakukan-QS Ash-Shaf: 3). 


Melawan Perilaku "Badui (A'rab)" adalah Jihad

Perilaku "Badui (A'rab)" adalah perilaku yang uncivilize (tidak beradab). Perilaku A'rab ini ditandai dengan pelanggaran terhadap nilai-nilai keadaban. Mereka belum bisa mengikuti kehidupan yang diatur oleh hukum atau tata aturan hidup. Mereka kurang mengenal nilai-nilai tentang tata kesopanan. Mereka terbiasa hidup dengan kasar, liar dan tanpa aturan. Terhadap orang-orang seperti ini, Al-Qur`an mengeretik mereka sebagai orang yang hanya sekedar menerima Islam, tapi nilai-nilai iman belum masuk ke dalam hati mereka. Akibatnya mereka masih berperilaku kasar, dan masih jauh dari nilai-nilai keadaban. (Lihat QS Al-Hujurat: 1-5; 14)

Realitasnya, generasi muda kita masih banyak yang berperilaku seperti Arab Badui (A'rab). Orang-orang seperti ini harus dihadapi dengan semangat jihad keadaban. Mereka akan sulit merubah diri jika hanya dihimbau dan diajak dengan lisan. Pengetahuan mereka dapat saja bertambah, tapi perilaku mereka sulit berubah. Oleh karena itu, kaum beriman yang diberi amanah membangun keadaban, wajib melakukan upaya-upaya afektif dan psikomotorik yang lebih sungguh dalam hal pembentukan nilai-nilai keadaban ini. Hal ini adalah jihad yang amat penting yang dapat dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan dan di tengah masyarakat.

Upaya-upaya afektif dapat dibuktikan dengan integritas dan keteladanan yang konsisten perihal adab dari seorang pemimpin kepada anggotanya; dosen/guru kepada mahasiswa atau muridnya; orang tua kepada kaum muda; dan anak-anak muda yang civilize kepada yang uncivilize. Sementara upaya-upaya psikomotorik dilakukan dengan pemberian contoh dan aksi langsung perbuatan dan tindakan bernilai keadaban di depan mata generasi muda kita. Aksi langsung itu misalnya melakukan tindakan empatik kepada orang yang kecurian barang, memungut sampah di depan orang yang membuang sampah sembarangan; menyiram atau mem-brush toilet di hadapan mereka yang abai dengan kebersihan toilet; menyapukan bagian lantai yang kotor di hadapan mereka yang suka mengotorinya, dan sebagainya.

Amat penting disadari oleh kaum beriman-beradab bahwa realitas rendahnya nilai keadaban pada generasi muda muslim  tidaklah sesederhana penglihatan kita terhadap penomena adab yang rendah seperti pencurian, kekurangtertiban, sampah berserakan, ruang yang kotor dan lainnya. Penomena ini hanyalah penampakan jismiyah dari penomena yang lebih esensial, yaitu perilaku anti keadaban atau uncivilize yang bersarang dalam lubuk hati dan pikiran sebagian generasi kita. Penomena ini harus dihadapi dengan semangat jihad dalam membangun tata hidup yang beradab (civilize). Dosen/guru, orang tua atau anak-anak muda yang civilize tidak boleh kalah berhadapan dengan generasi yang uncivilize tersebut. Jika kalah, maka perilaku "badui" atau bahkan jahiliyah akan semakin menjadi-jadi. Dampaknya, nilai keadaban kehidupan sekolah, masyarakat, bahkan negara kita akan semakin rendah dan kacau.


Kata Penutup

Amat penting menjadi rekomendasi agar nilai-nilai keadaban di sekolah/madrasah telah ditanamkan sejak usia Taman Kanak-kanak. Penanaman ini mesti dilakukan konsisten pada setiap tahapan pendidikan yang mereka masuki hingga mereka  dewasa. Strategi penanaman nilai-nilai keadaban tidak cukup hanya pada ranah kognitif, tetapi juga mesti dilakukan pada ranah afektif dan psikomotorik. Bahkan dua ranah terakhir sesungguhnya lebih berdaya guna dari ranah kognitif. 

Anak-anak yang sejak kecil dibiasakan untuk "melawan" perilaku uncivilize, maka setelah dewasa nanti ia akan sensitif untuk "melawan" atau menjauhi perilaku yang anti keadaban. Wallahu a'lam.

Gambar:

Foto bersama jelang upacara penanaman pohon di area pinggir sungai sisi belakang kampus UIN Syahada, 26 Oktober 2025.

0 comments: