KEMESTIAN MELANJUTKAN DAN MEMELIHARA GERAKAN DAKWAH MUHAMMADIYAH
Allah SWT berfirman:
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِا لْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
Artinya:
"Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 104)*
Para pendahulu Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan dan sahabat serta murid-muridnya menjadikan QS Ali Imran/3 ayat 104 sebagai dalil/alasan syar’i untuk melakukan gerakan dakwah amar ma’ruf nahyu munkar dengan cara berjam'iyah (bersyarikat/berorganisasi). Jam'iyah ini dibentuk dari jama'ah-jama'ah anggota dan simpatisan Muhammadiyah di berbagai mesjid dan mushalla yang selanjutnya mengikat diri dalam jam'iyah ranting yang dipimpin oleh Pimpinan Ranting. Kesatuan beberapa ranting membentuk Pimpinan Cabang. Kesatuan sejumlah Cabang membentuk Pimpinan Daerah. Kesatuan sejumlah Daerah membentuk Pimpinan Wilayah, dan kesatuan seluruh Wilayah di Indonesia membentuk Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Para ulama telah ijma' bahwa gerakan dakwah dengan cara berjam'iyah ini adalah fardhu kifayah bagi kaum Muslimin.
Ayat sebelumnya (QS 3: 102 dan 103) berisi seruan Allah kepada orang-orang yang beriman agar bertakwa kepada Allah sebenar-benar takwa. Dan sekali-kali janganlah orang beriman itu mati kecuali dalam keadaan muslim. Selanjutnya Allah menyerukan agar orang-orang beriman berpegang teguh kepada agama Allah dan jangan berpecah-belah. Orang beriman mesti selalu mengingat dan mengambil pelajaran terhadap keadaan buruk kehidupan individu dan sosial mereka yang destruktif di masa lalu (masa Jahiliyah) yang diibaratkan oleh Allah seperti berada di tepi jurang neraka, yaitu ketika mereka memiliki pandangan hidup Jahiliyah yang membuat mereka bermusuhan dan saling menindas. Kalau bukan karena rahmat Allah menyatukan hati mereka, niscaya mereka akan tetap hidup bagaikan di tepi jurang neraka.
Dengan prakondisi orang-orang beriman yang memiliki semangat dan ikhtiar beragama mencapai haqqa tuqatih (sebenar-benar takwa kepada-Nya), berpegang kuat kepada agama Allah dalam ikatan kesatuan aqidah, menghindarkan diri dan masyarakat mereka dari perpecahan, maka Allah SWT selanjutnya menitahkan tugas dakwah sebagaimana termaktub dalam surat Ali Imran/3 ayat 104.
Tentang Ayat 104 Surat Ali Imran
Ayat 104 surat Ali Imran ini diwahyukan di Madinah abad ke-7. Saat itu di Madinah telah terbangun kesatuan dan persatuan ummat. Berbeda dengan periode Makkah. Nabi dan para pengikut di Makkah tidak dapat bersatu. Mereka hidup dalam tekanan, boikot, dan penindasan kuffar Quraisy Makkah. Dalam suasana Madinah yang memberi ruang untuk membangun dan memperkuat kesatuan dan persatuan ummat inilah surat Ali Imran ayat 104 dan ayat lainnya diturunkan Allah.
Isi pokonya adalah perintah Allah agar dari ummat ini ada golongan yang melanjutkan tugas kerisalahan yaitu menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari kemungkaran.
Dari sisi bahasa, ayat ini menarik untuk dianalisis. Dalam Ali Imran/3: 104 ini ada tiga tugas dakwah yaitu “yad’una ilal khair”, “ya’muruna bil ma’ruf”, dan “yanhauna ‘anil munkar”. Dalam membahasakan tiga tugas ini, Allah SWT menggunakan lafaz-lafaz fi’il mudhari’. Fi’il mudhari’ adalah kata kerja yang menunjuk pekerjaan yang dilakukan sekarang/sedang atau akan datang. Dari sisi kebahasaan (bayani) dapat dimaknai bahwa ketiga tugas ini merupakan tugas yang mesti dilaksanakan secara berkelanjutan (kontinuitas). Jika ditanyakan, “Kapan tugas dakwah ini selesai?” Jawabannya, “Sampai Kiamat tiba”. Simpulnya, mesti ada dari ummat ini yang melakukan peran dakwah yang bertugas memberi peringatan atau pelajaran kepada ummat manusia di seluruh penjuru bumi dari generasi ke generasi agar tetap berada di jalan Allah.
Kewajiban Dakwah dalam Internal Ummat
Dalam penjelasan pokok pikiran keenam Muqaddimah Anggaran Dasar dijelaskan bahwa kewajiban dakwah Muhammadiyah terhadap ummat ijabah (internal ummat Islam) adalah menjaga dan memelihara agama mereka, serta berusaha memurnikan dan menyempurnakannya dalam “ilmu dan amalnya”. Semuanya dilakukan dengan dengan dakwah Islam dan amar ma’ruf nahi munkar yang sifatnya tabsyir (menggembirakan), tajdid (pembaruan dan pemurnian), dan ishlah (membangun).
Apa makna yang dapat kita tangkap? Dengan membaca lebih lanjut pedoman-pedoman ber-Muhammadiyah lainnya dapat dipahami dengan baik bahwa dakwah Muhammadiyah adalah dakwah yang menolong, memurnikan, mencerahkan, wasathiy (moderat) dan humanis.
Dakwah yang wasathiy adalah dakwah yang tidak mengadili pemahaman dan pengamalan agama muslim lain. Dakwah yang menghindari penggunaan kata-kata yang menyerang atau mendeskreditkan. Dakwah demikian ini mengedapankan etos fastabiqul khairat dalam beragama.
Kata Penutup
Dakwah yang tabsyir, tajdid, dan ishlah adalah dakwah yang sesuai dengan fitrah insaniyah manusia. Dakwah yang demikian ini akan membangun peradaban dan mencerahkan masyarakat menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Wallahu a’lam.
_______________
* Via Al-Qur'an Indonesia https://quran-apk.com
Kawasan Pantai Binasih Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.
0 comments: