BACAAN DO`A RUKUK DAN SUJUD YANG INDAH



عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي

Artinya:

Dari Aisyah r.a., ia berkata, "Nabi Saw., mengucapkan (doa) pada rukuk dan sujudnya: Subhanakkallahumma rabbana wa bihamdika Allohummaghfirli." (HR Bukhari No. 752)*

*******

Salah satu do'a yang indah yang diamalkan oleh Rasulullah Saw saat rukuk dan sujud adalah "Subhanakallahumma rabbana wabihamdika Allahummaghfirli" (Maha Suci Engkau wahai Allah Tuhan kami dan dengan memuji-Mu. Ya Allah, ampuni aku). Dalam hadits lain disebutkan bahwa doa rukuk ini diamalkan Rasulullah Saw setelah turun surat An-Nashr (Idza ja'a nashrullahi wal fath). Surat ini turun di masa-masa yang akhir kerasulan beliau di Madinah.

Mari kita belajar terus-menerus memahami keindahan makna doa ini.

"Subhanakallahumma Rabbana" (Maha Suci Engkau wahai Allah Tuhan kami). Pernyataan ini terasa sekali sebagai pernyataan yang hidup dengan energi spiritual yang kuat ketika dilafazkan saat rukuk atau sujud, "Maha Suci Engkau wahai Allah Tuhan kami". Maha Suci Allah dari segala macam kekurangan, keterbatasan, kelemahan. Maha Suci Allah dari segala kesyirikan dan penyifatan yang tidak pantas diatributkan kepada Allah. Lafaz ini menegaskan Kemahasempurnaan Allah, dan dalam waktu yang sama menafikan segala penyifatan yang tidak pantas kepada Allah. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika disebut bahwa tasbih ini juga bermakna penolakan dan perlawanan kepada kesyirikan.

"Wabihamdika" (dan dengan memuji-Mu). Seorang hamba memuji Allah atas rahman dan rahim Allah kepada setiap hamba, bahkan juga kepada semua makhluk. Allah adalah Ar-Rahman (Tuhan yang sangat/maha pengasih) dan Ar-Rahim (Tuhan yang sangat/maha penyayang). Kepengasihan Tuhan kepada makhluk-Nya tidak dapat diukur dan dihitung. Begitu pula sayang Allah kepada setiap makhluk terutama kepada manusia. Allah SWT sangat dan amat pengasih-penyayang kepada seluruh makhluk-Nya, khususnya kepada manusia yang menjadi ciptaan terbaik (ahsanu taqwim). Mari renungkan! Allah menciptakan makhluk, menciptakan langit dan bumi dan menundukkan isinya kepada manusia, memberi rezki dan menjamin seluruh kebutuhan hidup manusia serta segenap makhluk, mendidik manusia, menjaganya, memeliharanya, dan seterusnya. 

Perhatikanlah sekali lagi dengan sungguh. Allah SWT telah menyediakan semuanya. Dalam hal rizki, segenap makhluk cukup menggerakkan fisiknya untuk melakukan berbagai pengelolaan dan pengolahan lalu mengambil rezki yang maha melimpah. Dalam hal membangun hidup dan kehidupan yang hasanah (baik), Allah mengutus para Rasul untuk mengajarkan dan membimbing manusia hidup mulia dan beradab. Fa bi ayyi a-la`i rabbikuma tukazziban (maka  nikmat Tuhan kalian yang mana lagi yang kalian dustakan).

Dengan rahman dan rahim Allah yang berlimpah kepada manusia, maka manusia tidak perlu membalasnya. Karena, sekiranya diminta pun, manusia tidak akan sanggup membalasnya sedikit pun. Manusia ---sekali lagi--- cukup bersyukur atas limpahan rahmat dan kasih-sayang Allah yang diterima sejak di alam kandungan sampai ajal menjemput. Namun, apa yang dilakukan kebanyakan manusia? "Qalilan ma tasykuruun" (sedikit sekali kalian bersyukur). (Al-A'raf/7: 10). 

Semestinya setiap hamba terus memperbanyak syukur kepada Allah, dan juga semakin menyadari ketergantungan dirinya kepada Allah dalam segala hal. La haula wala quwwata illa billah (Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). 

Bentuk kesyukuran yang dituntut Allah yaitu taqarrub (mendekatkan diri kepada Allah) dengan cara menaati dengan ikhlas  perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Kemudian, seorang hamba melanjutkan doanya dengan lafaz Allahummaghfirli (Ya Allah ampuni aku). Sebagaimana ditegaskan di atas, dengan rahman dan rahim Allah kepada manusia dan seluruh makhluk, sudah semestinya manusia menjadi hamba yang banyak bersyukur. Namun kenyataannya sebagaimana sindiran Allah, "Qalilan min 'ibadiyasy syakur" (sedikit sekali hamba-hambaku-Ku yang benar-benar bersyukur). Oleh karena itu dengan lafaz permohonan ampun ini, seorang hamba memohon ampunan Allah atas sikap bebalnya dalam bersyukur kepada Allah. Akibat tidak bersyukur, manusia dapat jatuh menjadi hamba yang zhalim, fasiq, musyrik, bahkan kafir

Dengan istighfar pada do'a ini, semoga Allah SWT mengampuni dosa dan kesalahan kita akibat kealpaan dalam menaati perintah dan menjauhi  larangan Allah dan juga karena masih sedikit bersyukur. 

Keindahan doa ini akan terasa jika saat shalat dibaca dengan sikap tadharru' (rendah hati), khufyah (suara yang lembut), khauf (rasa takut), dan thama' (penuh harap) kepada Allah SWT.

Simpulan

Subhanakallahumma rabbana (Maha Suci Engkau wahai Allah Tuhan kami) yakni Maha Suci Engkau dari segala kemusyrikan dan segala penyifatan yang tidak pantas buat-Mu. Wabihamdika (dan dengan memuji-Mu) atas segala rahman dan rahim-Mu. Allahummaghfirli (Ya Allah ampuni aku) atas sikap bebalku  dalam bersyukur kepada-Mu.

__________________

Sumber:

*http://ilmuislam.id/hadits/9476/hadits-bukhari-nomor-752. Dalam hadits lain disebutkan bahwa zikir ini sebagai pengamalan Rasulullah Saw terhadap surat An-Nashr yang turun setelah Hijrah di bagian akhir tugas kerisalahan beliau.

Gambar: 

Perm. Sidimp. Indah Lestari P. Sidimpuan, Sumut, tampak dari pintu gerbang perumahan, 01 Oktober 2024.


0 comments: