SALAH SATU DZIKIR RASULILLAH SAW YANG INDAH YANG BANYAK BELIAU BACA DI FASE AKHIR KENABIAN

Serulah Rabb-mu dengan rendah hati (tadharru') dan suara yang lembut (khufyah). Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (QS Al-A'raf: 55)

*****

Di antara dzikir yang indah yang sering dan banyak dibaca oleh Rasulullah Saw di tahun-tahun akhir hidup beliau adalah:

سبحان الله وبحمده استغفر الله واتوب اليه

(Subhanallah wabihamdihi astaghfirullah wa atubu ilaih; Maha Suci Allah dan dengan memuji-Nya. Aku mohon ampun kepada Allah dan bertobat kepada-Nya). Dzikir ini sebagaimana tersebut pada hadits berikut:

  حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنِي عَبْدُ الْأَعْلَى

 حَدَّثَنَا دَاوُدُ عَنْ عَامِرٍ عَنْ مَسْرُوقٍ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ الل صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُكْثِرُ مِنْ قَوْلِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ قَالَتْ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَاكَ تُكْثِرُ مِنْ قَوْلِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فَقَالَ خَبَّرَنِي رَبِّي أَنِّي سَأَرَى عَلَامَةً فِي أُمَّتِي فَإِذَا رَأَيْتُهَا أَكْثَرْتُ مِنْ قَوْلِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فَقَدْ رَأَيْتُهَا { إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ } فَتْحُ مَكَّةَ { وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا }

Artinya:

Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin al-Mutsanna; telah menceritakan kepadaku Abdul A'la; telah menceritakan kepada kami Dawud, dari Amir, dari Masruq, dari Aisyah r.a., dia berkata, "Dahulu Rasulullah Saw., memperbanyak ucapan, "Subhanallah wa bihamdihi, astaghfirullah, wa atubu ilaih". (Mahasuci Allah dan dengan memuji-Nya, saya memohon ampun kepada Allah dan saya bertaubat kepadaNya). Aisyah berkata, "Lalu aku berkata, "Wahai Rasulullah, saya melihatmu memperbanyak ucapan, "Subhanallah wa bihamdihi, astaghfirullah wa atubu ilaih" (Mahasuci Allah dan dengan memujiNya, aku memohon ampunan kepada Allah dan bertaubat kepadaNya), maka beliau menjawab, 'Rabbku telah mengabarkan kepadaku bahwa aku akan melihat suatu tanda pada umatku, ketika aku melihatnya maka aku memperbanyak ucapan, "Subhanallah wa bihamdihi, astaghfirullah wa atubu ilaih" (Mahasuci Allah dan dengan memujiNya, aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepadaNya'), maka sungguh aku telah melihatnya, yaitu:

 اذا جاء نصر الله والفتح (فتح مكة). ورايت الناس يدخلون في دين الله افواجا. فسبح بحمد ربك واستغفره انه كان توابا 

"Ketika pertolongan Allah datang dan Kemenangan (Fathu Makkah=Pembebasan Makkah). Dan kamu lihat manusia masuk ke dalam agama Allah secara berbondong-bondong. Maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohon ampunlah kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima Taubat'." (HR Muslim No. 749)*

Mengucapkan dzikir ini membutuhkan kesadaran penuh sebagai hamba yang tetap mengingat Allah dan menyebut Asma' dan keagungan-Nya meskipun secara ruhaniah Allah SWT  seolah-olah tidak berada di hadapan hamba. Secara tekstual, kalimat dzikir ini ---dalam konteks relasi komunikasi subjek--- memosisikan Allah sebagai Subjek ke tiga (setelah "aku/orang pertama" dan "kamu/orang kedua").


Perspektif Bayani dan 'Irfani Dzikir ini
Subhanallah (سبحان الله) artinya "Maha Suci Allah", yakni Maha Suci Allah dari segala syirik dan penyifatan yang tidak pantas. Subhanallah juga dapat dimaknai bahwa Allah Maha Sempurna, tidak memiliki cacat atau kekurangan apa pun. Dzat, sifat, dan af'al (laku/perbuatan) Allah adalah Maha Sempurna. Allah juga Ash-Shamad, yakni Tuhan yang menjadi tumpuan dan harapan semua makhluk. Ketika mengucapkan tasbih ini hunjamkanlah dalam qalbu, bahwa kita sedang menyatakan lafaz yang menunjuk Kemahasempurnaan, Kemahaagungan, dan Kemahamuliaan Allah.

Wabihamdihi ( وبحمده) artinya "dan segala puji bagi-Nya" atau "dan dengan memuji-Nya", yakni segala puji bagi Allah atas rahmat (kasih-sayang) Allah yang tidak terhingga. Kasih-sayang Allah sangat dan amat besar kepada makhluk, khususnya manusia. Allah mengasihi dan menyayangi manusia sejak di alam rahim hingga ajal menjeput. Bayangkan, Allah menghidupkan, memberi rezki, menjamin pertumbuhan, melindungi, dan mengatur seluruh kehidupan makhluk-Nya. Terkhusus kepada makhluk manusia, bahkan Allah mendidik manusia dengan mengutus para Nabi dan Rasul. Allah menundukkan segala yang ada di langit dan di bumi kepada manusia (وسخر لكم مافي السماوات وما في الارض= Dia menundukkan bagi kalian apa yang ada di langit dan di bumi). Makhluk di langit seperti malaikat melakukan perintah Allah melayani kebutuhan jiwa dan raga manusia, melakukan penjagaan, dan seterusnya. Makhluk di bumi tunduk kepada manusia dalam berbagai cara dalam melayani kebutuhan manusia. Segala puji bagi Allah atas semua ini.

Dengan rahmat kasih-sayang yang maha melimpah ini, manusia hanya diminta bersyukur kepada-Nya dengan cara mentaati dengan ikhlas perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya untuk kebaikan hidup hamba di dunia dan akhirat. Ulama-ulama yang 'arif menyatakan bahwa bentuk syukur yang diridhai Allah adalah hidup di jalan ketaatan kepada-Nya.

Namun, amat disayangkan, meskipun Allah melimpahkan kasih dan sayang-Nya kepada manusia, namun sedikit sekali manusia bersyukur (qalilan ma tasykurun). Sebaliknya, kebanyakan manusia durhaka/membangkang kepada Allah.

Oleh karena itu, tepat sekali, setelah ber-tahmid, maka dilanjutkan dengan istighfar (استغفر الله = aku mohon ampun kepada Allah). Aku mohon ampun atas sikap bebalku mensyukuri nikmat-Mu ya Rabb. Aku mohon ampun atas sikap dan tindak tandukku yang sering tidak menunjukkan syukurku kepada-Mu. Ampuni aku atas tidak istiqomahnya aku dalam ketaatan di jalan-Mu.

Lafaz penutup, wa atubu ilaih (واتوب اليه) artinya "dan aku bertobat/kembali kepada-Nya". Dengan lafaz terakhir ini seakan-akan kita menyatakan kepada Allah, "Ya Rabb, aku menyadari bahwa aku sering keluar dari batas ketaatan. Aku sering lalai dalam bersyukur. Akibatnya aku menumpuk dosa setiap hari. Namun demikian aku ingin kembali kepada-Mu ya Rabb. Terimalah aku kembali." Allahu a'lam bi al-shawwab.

_____________________

Sumber:
*https://ilmuislam.id/hadits/24914/hadits-muslim-nomor-749

Gambar:
Lapangan Biro Rektor UIN Syahada Padangsidimpuan, 11 Oktober 2024.

0 comments: