TERORISME VS SIKAP MUSLIM
Oleh: Anhar
Melakukan teror atau terorisme menurut pendapat saya benar-benar bertentangan dengan sikap sebagai Muslim. Melakukan teror atau terorisme disamping bertentangan dengan misi universal Islam sebagai rahmatan lil 'alamin, bahkan tidak ada pembenaran (justifikasi) historisnya dalam sirah Nabawiyah dan sirah sahabat. Orang-orang itu teramat dangkal memahami inti terdalam visi Islam tentang pembangunan peradaban umat manusia. Ayat-ayat Al-Qur`an yang dijadikan alasan (dalil) untuk menjustifikasi tindakan terorisme tidak mereka pahami dengan kemampuan intelektual (aqliyah) yang memadai dan bertanggung jawab. Tidak satu pun ayat Al-Qur`an yang berdiri sendiri, bahkan pada umumnya tidak mungkin dilepaskan dari konteks sosio-historis turunnya ayat (asbabun nuzul) ketika kita mencoba mentadabburi Al-Qur`an. Para pengembang paham terorisme dan pelakunya tidak pernah sampai kepada pencapaian intelektual berkenaan dengan pesan-pesan terdalam yang universal (filosofis) dan batiniyah (sufistis) dari jalinan ayat-ayat Al-Qur`an. Orang-orang itu menggunakan ayat secara sembarangan untuk membenarkan tindakannya. Orang-orang ini bahkah gagal memahami Islam dan akibat lanjutannya bisa gagal menjadi Muslim.
Secara psikologis, orang-orang ini lemah (spilit personality). Ia memandang dirinya benar-benar tidak berdaya. Ia tidak punya kepercayaan diri berhadapan dan bertatapan muka dengan orang lain yang kebetulan lebih maju peradabannya. Di tengah ketidakberdayaannya itu, saudara-saudara kita ini diliputi putus asa yang berlebihan. Akhirnya ia bertindak bagai orang kehilangan kendali akal sehat. Orang-orang ini memang mudah sekali diindoktrinasi dengan kalimat-kalimat yang indah (seperti "pengantin yang disambut bidadari"). Mereka sudah tidak punya nyali jiwa dan intelektual yang sehat untuk membedakan mana yang "benar" dan mana yang "palsu". Akibatnya, membunuh orang dalam ramai dan damai, ia pandang sebagai jihad fi sabilillah. Na'uzubillah min dzalik.
Melakukan teror atau terorisme menurut pendapat saya benar-benar bertentangan dengan sikap sebagai Muslim. Melakukan teror atau terorisme disamping bertentangan dengan misi universal Islam sebagai rahmatan lil 'alamin, bahkan tidak ada pembenaran (justifikasi) historisnya dalam sirah Nabawiyah dan sirah sahabat. Orang-orang itu teramat dangkal memahami inti terdalam visi Islam tentang pembangunan peradaban umat manusia. Ayat-ayat Al-Qur`an yang dijadikan alasan (dalil) untuk menjustifikasi tindakan terorisme tidak mereka pahami dengan kemampuan intelektual (aqliyah) yang memadai dan bertanggung jawab. Tidak satu pun ayat Al-Qur`an yang berdiri sendiri, bahkan pada umumnya tidak mungkin dilepaskan dari konteks sosio-historis turunnya ayat (asbabun nuzul) ketika kita mencoba mentadabburi Al-Qur`an. Para pengembang paham terorisme dan pelakunya tidak pernah sampai kepada pencapaian intelektual berkenaan dengan pesan-pesan terdalam yang universal (filosofis) dan batiniyah (sufistis) dari jalinan ayat-ayat Al-Qur`an. Orang-orang itu menggunakan ayat secara sembarangan untuk membenarkan tindakannya. Orang-orang ini bahkah gagal memahami Islam dan akibat lanjutannya bisa gagal menjadi Muslim.
Secara psikologis, orang-orang ini lemah (spilit personality). Ia memandang dirinya benar-benar tidak berdaya. Ia tidak punya kepercayaan diri berhadapan dan bertatapan muka dengan orang lain yang kebetulan lebih maju peradabannya. Di tengah ketidakberdayaannya itu, saudara-saudara kita ini diliputi putus asa yang berlebihan. Akhirnya ia bertindak bagai orang kehilangan kendali akal sehat. Orang-orang ini memang mudah sekali diindoktrinasi dengan kalimat-kalimat yang indah (seperti "pengantin yang disambut bidadari"). Mereka sudah tidak punya nyali jiwa dan intelektual yang sehat untuk membedakan mana yang "benar" dan mana yang "palsu". Akibatnya, membunuh orang dalam ramai dan damai, ia pandang sebagai jihad fi sabilillah. Na'uzubillah min dzalik.
0 comments: