PEMBUMIAN PAHAM AGAMA MUHAMMADIYAH: REFLEKSI MILAD MUHAMMADIYAH KE-112 TAHUN 2024

Yth., Bapak Pj. Walikota Padangsidimpuan
Yth., Pimp. Wilayah Muhammadiyah Sumut, diwakili oleh Al-Ustadz Assoc. Prof. Dr. Muhammad Qarib, M.A.
Yth., Dandim 0212 TS yang diwakili oleh Bapak Ishak Siregar
Yth., Ibu Camat Psp Tenggara
Yth., Bapak Lurah Pijorkoling
Yth., Ketum MUI yang diwakili oleh Wakil Ketua Bidang Pendidikan, Bapak Dr. Hamdan Hasibuan, M.Pd.
Yth., Bapak Rektor, dosen, dan tenaga fungsionaris UMTS
Yth., Bapak-bapak Anggota PDM Kota Padangsidimpuan
Yth., Ibu Ketua PDA dan seluruh anggota Pimpinan
Yth., PCM, PCA, PRM, PRA dan seluruh warga persyarikatan yang berhadir
Yth., Ananda Angkatan Muda Muhammadiyah
Yth., Bapak H. Amran Sagala yang menyediakan tempat yang sangat bagus ini sebagai arena Milad dan Pengajian hari ini.
Yth., Bapak Rusydi Nasution, sehari-hari beliau Wakil Ketua DPRD Kota Padangsidimpuan
Yth., seluruh panitia dari PCM/PCA Psp Tenggara.
Yang kita sayangi para sesepuh Muhammadiyah Kota Padangsidimpuan.
*******

Menurut catatan sejarah, Muhammadiyah telah masuk ke Padangsidimpuan pada 1930. Tokoh-tokoh awal pembawa Muhammadiyah di Padangsidimpuan, umumnya adalah mereka yang memiliki hubungan genealogis keilmuan dengan ulama pembawa pemurnian di Padangpanjang dan Bukittinggi, Sumatera Barat. Corak pemikiran keagamaan para mujaddid Padangpanjang adalah purifikasi (pemurnian) dari TBC (Takhyul, Bid'ah, Khurafat). Corak purifikasi ini semakin mendapatkan tantangan di tengah keberagamaan masyarakat yang memang ---pada masa itu--- masih bercampur-baur dengan takhyul, bid'ah, dan khurafat. Untuk diketahui takhyul adalah kepercayaan kepada hal-hal yang dipandang memiliki kekuatan magik, sihir, dan sejenisnya. Hal-hal magik atau sihir ini dipercayai sebagai sesuatu yang nyata pada hal sebenarnya tipuan. Banyak orang tertipu sehingga mengagungkan pelaku atau benda magik atau sihir tersebut. Tidak sedikit, gara-gara magik ini umat Islam menomorduakan Tuhan. Bahkan keyakinan kepada magik atau sihir ini pulalah yang memicu munculnya kepercayaan kepada Nabi palsu, seperti Nabi Palsu Tukimin yang membawa agama Jasun (Jawa Sunda). Ada pula Nabi Palsu Ahmad Mosaddeq yang di adili karena mengaku dapat wahyu di Gunung Sindur. Sementara khurafat adalah  cerita-cerita yang mempesonakan yang bercampur-baur dengan perkara dusta. Contoh hal ini misalnya, di Jawa ada legenda Nyi Roro Kidul yang disesajeni oleh orang-orang tertentu. Legenda Pohon Beringin atau pohon kayu besar yang diyakini ada "penjaganya", sehingga dipuja, dan sebagainya. Tidak sedikit orang di masa lalu ---bahkan juga masih ada saat ini--- yang menyerahkan sesembahan kepada objek-objek yang dipandang memiliki kekuatan mistik ini.  

Terkait dengan bid'ah, pemahaman keagamaan Muhammadiyah di masa lalu dikesankan oleh saudara-saudara kita non-Muhammadiyah sebagai pemahaman keagamaan yang skriptural atau tekstual (harfiah). Bahkan Muhammadiyah dianggap kurang paham dengan esensi atau substansi agama. Kesimpulan seperti ini muncul sebagai respon terhadap ustadz-ustadz Muhammadiyah yang dipandang sering "menyerang" pengamalan agama yang sudah mentradisi atau membudaya. Misalnya, ustadz-ustadz Muhammadiyah menyebut dzikir dan do'a bersama setelah shalat fardhu sebagai bid'ah. Tahlilan kematian juga disebut bid'ah, dan lain sebagainya.

Pelabelan bid'ah terhadap pengamalan agama yang sudah mentradisi itu tentu saja mendapat "perlawanan", yang salah satu dampaknya adalah disharmoni hubungan Muhammadiyah dengan ormas Islam penjaga pemahaman dan pengamalan agama yang membudaya atau yang mentradisi dimaksud.

Bapak/Ibu dan Saudara-saudaraku sekalian...
Terlepas dari kesan kurang simpatik saudara-saudara kita terhadap dakwah Muhammadiyah di masa lalu, hal yang sangat kita syukuri, tokoh-tokoh Muhammadiyah Padangsidimpuan terdahulu telah berhasil mewariskan gerakan dakwah Islam amar ma'ruf nahi munkar yang besar ini kepada kita semua yang hari ini kita berkumpul di tempat ini merayakan Milad ke-112 Tahun. Mereka telah berjuang dengan segala daya dan upaya agar sanad, ideologi,  nilai-nilai perjuangan, dan aksi gerakan Muhammadiyah tetap terpelihara dan semakin menjangkau masyarakat. Mari kita do'akan semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa para pendahulu kita, memaafkan mereka, merahmati mereka. Kita juga memohon kepada Allah agar seluruh amal-shalih mereka memperoleh balasan pahala yang berlipat ganda, dan Allah menempatkan mereka di Jannatun Na'im. Aamiiin.

Dakwah yang Moderat (Wasathiyah): Strategi Dakwah yang Relevan Hari ini
Tantangan dakwah kita hari ini berbeda dengan tantangan yang dihadapi para generasi pendahulu. Keadaan sosial-budaya kita pun sudah jauh berbeda dengan pendahulu kita. Oleh karena itu, dengan 'ibrah dan ilmu yang mereka wariskan, maka kita ditantang untuk melakukan strategi dakwah yang berbeda dengan masa lalu. 

Saat ini tingkat pendidikan kelas menengah muslim di Padangsidimpuan telah jauh meningkat dan di antara mereka telah banyak menjadi sarjana. Dengan demikian, pendekatan dan strategi dakwah yang dipilih perlu sejalan dengan alam pikiran kesarjanaan kelas mengengah muslim Padangsidimpuan dimaksud.

Terinspirasì dari pemikiran tokoh-tokoh Muhammadiyah di masa lalu seperti Buya Hamka, Buya Syafii Ma'arif, dan juga Prof. Haidar Nashir (Ketua Umum PP Muhammadiyah saat ini), di era kita saat ini, strategi dakwah yang relevan adalah strategi dakwah yang moderat (wasathiyah). Dakwah yang ekstrim ---takfiri, hitam-putih yang ketat, sunnah-bid'ah yang sempit--- akan ditinggalkan orang. 

Terkait dengan urgensi dakwah yang moderat (wasathiyah) ini, penting untuk kita baca kembali bab Kitab Masalah Lima dalam Himpunan Putusan Tarjih. Para ulama kita terdahulu merumuskan tuntunan penting membawakan paham agama Muhammadiyah. Salah satu poin penting dalam masalah ini sebagai  berikut:

ومع العلم ان اي قرار يتخذ. انما هوا ترجيح بين الاراء المعروضة دون ابطال اي رءي مخالف
(Wa ma'a al-`ilmi anna ayya qararin yuttakhadzu. Innama huwa tarjihun bain al-ara`i al-ma'rudhati duna ibthali ayyi ra`yin mukhalifin)
Terjemahan asli HPT:
Dan dengan MENGINSYAFI bahwa tiap-tiap keputusan yang diambil olehnya itu hanya sekedar mentarjihkan di antara pendapat-pendapat yang ada, tidak berati menyalahkan pendapat yang lain.

Sebelum rumusan di atas lahir, pada 1355 H/1935 M, Hoofdbestuur (PP) Muhammadiyah menyampaikan penjelasan terkait tarjih dengan judul "Penerangan Perihal Tarjih". Di antara isinya sebagai berikut:
Keputusan Majelis Tarjih mulai dari merundingkan sampai kepada menetapkan, tidak ada sifat perlawanan, yakni menentang dan menjatuhkan segala hal yang tidak dipilih oleh tarjih itu. (HPT, h. 382).

Para ulama tarjih masa itu, sebagaimana lanjutan penjelasan Hoofdbestuur, dengan ke-tawadhu'-an juga menegaskan:
Malah kami berseru juga kepada sekalian 'ulama supaya suka membahas pula, akan kebenaran putusan Majelis Tarjih itu, dimana kalau terdapat kesalahan atau kurang tepat dalilnya diharap supaya diajukan, syukur kalau dapat memberikan dalilnya yang lebih tepat dan terang, yang nanti akan dipertimbangkan pula, diulangi penyelidikannya, kemudian kebenarannya akan ditetapkan dan digunakan. Sebab waktu mentarjihkan itu ialah menurut sekedar pengertian dan kekuatan kita, pada waktu itu. (HPT, h. 382).

Dari butir penjelasan singkat di atas dapat dipahami bahwa sejak awal, Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui Majelis Tarjih membawakan pemahaman agama yang wasathiyah (moderat).

Para ulama Tarjih sejak dahulu sadar bahwa kebenaran hanya milik Allah. Manusia hanya berikhtiar melakukan pencarian. Allah-lah yang Maha Tahu (wallahu a'lam) akan kebenaran ilmu yang diperoleh manusia. Atas dasar ini, manusia tidak boleh sombong dengan ilmu yang diperolehnya. Dan tidak boleh pula memaksa orang lain (baca: non Muhammadiyah) untuk menerima kesimpulannya. Adab keilmuan seperti inilah ---di antaranya--- yang diwariskan oleh generasi awal Muhammadiyah kepada kita sebagai penerus, pelangsung, dan penyempurna gerakan dakwah amar ma'ruf nahi munkar ini.

Usaha Pembumian Pahama Agama Muhammadiyah
Istilah pembumian di sini dimaksudkan sebagai upaya pendaratan atau penginternalisasian paham agama Muhammadiyah secara bilhikmah (dengan hikmah), mau'izhah hasanah (pengajaran yang baik), dan rahmatan lil'alamin (rahmat untuk semesta) atau disingkat BMR. Pengertian dakwah BMR ini dapat dapat dielaborasi sebagai berikut:
1. Dakwah yang menyenangkan
2. Dakwah yang menggembirakan
3. Dakwah yang lapang dan terbuka
4. Dakwah yang empatik
5. Dakwah yang tidak memaksa dan menggurui
6. Dakwah yang memfasilitasi
7. Dakwah yang ramah dan menyejukkan
8. Dakwah yang menolong
9. Dakwah yang melindungi
10. Dakwah yang mencerahkan
11. Dakwah yang memberdayakan
11. Dakwah yang menjaga dan memelihara
12. Dakwah yang fastabiq al-khairat
13. Dakwah untuk kemanusiaan semesta

Setidaknya tiga belas poin ini menjadi pijakan dalam membumikan faham agama Muhammadiyah di Padangsidimpuan. 

Penting digarisbawahi bahwa kedatangan Muhammadiyah di tengah masyarakat Padangsidimpuan adalah untuk turut ambil bagian mencerdaskan kehidupan keagamaan masyarakat sebagai bentuk kehadiran Muhammadiyah dalam usaha mencerdaskan bangsa. Cara yang ditempuh tentu saja cara-cara khas Muhammadiyah yang berbeda dengan cara-cara organisasi keislaman lain.

Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah dituntunkan bahwa kehadiran Muhammadiyah adalah untuk "Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya." Secara garis besar, usaha mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya itu ada pada empat bidang pokok yaitu akidah, akhlak, ibadah, dan mu'amalah duniawiyah.

Kata Penutup
Dengan pemahaman agama yang wasathy (moderat), mari kita kelola perbedaan dengan semangat fastabiqul khairat dalam membumikan pemahaman agama Muhammadiyah sebagaimana pesan surat Al-Maidah ayat 48. Semangat fastabiqul khairat ini akan membuat keberagamaan Muhammadiyah selalu dinamis dan berkemajuan menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya dalam bingkai NKRI yang berfalsafah Pancasila. Wallahu a'lam.

Gambar:
Jama'ah Aisyiyah pada Peringatan Milad Muhammadiyah ke-112 sekaligus Pengajian Anggota Muhammadiyah Kota Padangsidimpuan 10 November 2024 di Workshop H. Amran Sagala, Pijorkoling.

0 comments: