MATA KULIAH DI UIN SYAHADA DALAM PERSPEKTIF TEOANTROPOEKOSENTRIS

Haramu Takamul al-'Ulum (Pyramid of Sciences Integration)
Metafora Paradigma Keilmuan Teoantropoekosentris
UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan

A. Pendahuluan
Dengan merenungkan dan memahami  setiap mata kuliah dalam  perspektif Teoantropoekosentris, diharapkan dosen dan mahasiswa mengetahui secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis eksistensi mata kuliah dalam bangunan paradigma keilmuan UIN Syahada Padangsidimpuan. Setidaknya dosen dan mahasiswa memahami kedudukan mata kuliah yang dikaji dalam rumpun utama ilmu pengetahuan pada paradigma integrasi keilmuan ini dan memahami dengan baik bahwa tujuan akhir semua kajian, riset, dan pengamalan (penerapan) ilmu pengetahuan adalah ma'rifatullah.

B. Teoantropoekosentris*)

Istilah "Teoantropoekosentris" yang menjadi nama paradigma keilmuan UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan, semula diperkenalkan oleh Ibrahim Siregar pada saat  diskusi di sela-sela kegiatan presentase proposal usul alih bentuk IAIN Padangsidimpuan menjadi Universitas Islam Negeri di Jakarta pada tahun 2020. Ibrahim Siregar, ketika itu mengajak membicarakan Naskah Akademik Integrasi Keilmuan bersama Muhammad Darwis Dasopang, Anhar (penulis), dan Sumper Mulia Harahap. Naskah Akademik ini diperlukan sebagai salah satu syarat administrasi pengajuan alih bentuk IAIN menjadi UIN. Draft Naskah ini kemudian di-drafting oleh "Tim Alih Bentuk  IAIN Padangsidimpuan menjadi UIN"**) yang selanjutnya dibahas dalam Rapat Senat untuk mendapat Pertimbangan Senat.

Istilah Teoantropoekosentris gabungan dari empat kata yaitu theos + anthrophos + oikos + centrist. Theos artinya Tuhan, anthrophos artinya manusia, oikos artinya lingkungan atau alam, dan centrist artinya pusat. Secara bahasa, arti teoantropoekosentris adalah berpusat pada Tuhan-manusia-alam.

Jadi, paradigma Teoantropoekosentris adalah paradigma (mode berpikir) keilmuan yang berpusat atau berporos kepada Tuhan-manusia-alam. Dalam istilah Arab yakni berpusat atau berporos kepada ilahiyyah-insaniyyah-kauniyyah. Ibrahim Siregar menamakan  metafora Teoantropoekosentris yang berbentuk pyramid  sebagaimana tampak di atas dengan istilah Haramu Takamul al-'Ulum (Pyramid of Sciences Integration).

C. Perspektif Ontologis
Semua objek ilmu pengetahuan ---apa pun ilmunya atau kajiannya--- adalah ayat-ayat Allah (اية من ايات الله/ayatun min ayatillah). ايات/ayat artinya tanda-tanda, maksudnya tanda-tanda Kemahabesaran dan Kemahaagungan Allah. Oleh karena itu semua deskripsi atau penggambaran ilmu pengetahuan yang dilakukan terhadap objek apa pun, secara hakiki adalah deskripsi tentang ayat-ayat Allah. 

Secara garis besar Ayat/ايات dimaksud ---sebagaimana gambar di bawah ini--- dapat di bagi tiga: Ayat Qur`aniyyah/Qauliyah, Ayat Insaniyyah, dan Ayat Kauniyah.


D. Perspektif Epistemologis
1. Konten/Isi Kurikulum
Berdasarkan pembagian Ayat/ايات dimaksud maka konten kurikulum pendidikan Islam, tak terkecuali kurikulum UIN Syahada Padangsidimpuan, harus  berisi: 
  1. al-'Ulum ad-Diniyyah (Ilmu-ilmu Keagamaan), 
  2. al-'Ulum al-Insaniyyah (Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora), dan 
  3. al-'Ulum al-Kauniyyah (Ilmu-ilmu Kealaman).

Al-'Ulum ad-Diniyyah lahir sebagai hasil kajian terhadap ayat-ayat Qur`aniyyah/Qauliyah (wahyu). Al-'Ulum al-Insaniyyah adalah hasil kajian terhadap ayat-ayat insaniyyah/nafsiyah (diri manusia). Sementara al-'Ulum al-Kauniyyah adalah hasil kajian terhadap ayat-ayat Kauniyyah/Afaqiyyah (alam semesta).

  • Disiplin ilmu dalam ruang lingkup Al-'Ulum ad-Diniyyah di antaranya 'Ulum al-Qur`an, 'Ulum al-Hadits, Ilmu Kalam, Fiqh, Tasauf, dll.
  • Disiplin ilmu dalam 'Al-Ulum al-Insaniyyah di antaranya Sosiologi, Antropologi, Ekonomi, Filsafat, Sejarah, Bahasa, Logika, dll.
  • Disiplin ilmu dalam al-'Ulum al-Kauniyyah di antaranya Fisika, Kimia, Biologi, Matematika, Geografi, Astronomi, Antariksa, dll.

2. Pendekatan 
Kajian, penelitian, dan pengembangan ilmu dilakukan dalam perspektif integrasi dan interkoneksi keilmuan Teoantropoekosentris. Operasional pendekatan kajian dan riset yang diterapkan yaitu pendekatan interdisipliner, multidisipliner, dan transdisipliner.
  • Pendekatan interdisipliner adalah kajian atau riset keilmuan dengan minimal melibatkan dua disiplin ilmu berbeda dalam satu rumpun ilmu. Misalnya kajian terhadap suatu objek dengan memadukan perspektif ilmu fiqh (berasal dari rumpun al-ulum ad-diniyyah) dan ilmu tasauf (juga berasal dari rumpun al-ulum ad-diniyyah).
  • Pendekatan multidisipliner adalah kajian atau riset keilmuan dengan minimal melibatkan dua disiplin ilmu yang berbeda dari rumpun ilmu yang berbeda pula. Misalnya kajian terhadap suatu objek dengan pemaduan perspektif ilmu fiqh (rumpun al-'ulum ad-diniyyah) dan ilmu ekonomi (rumpun al-'ulum al-insaniyyah).
  • Pendekatan transdisipliner adalah kajian atau riset keilmuan dengan memadukan perspektif satu disiplin atau beberapa disiplin ilmu dengan perspektif pengetahuan non disipliner dari mereka yang bergelut di dunia profesional, ahli, atau skill tertentu. Misalnya kajian tentang kurikulum dengan melibatkan para ahli kurikulum (dosen/peneliti) yang ada di perguruan tinggi, dan profesional, serta tenaga terampil yang ada di masyarakat.

E. Perspektif Aksiologis
Dengan perspektif ontologis dan epistemologis sebagaimana dengan singkat dijelaskan di atas, maka narasi dan deskripsi ilmu pengetahuan tentang apa pun ---secara aksiologis--- mesti berjalan menuju ultimate goal  pencarian dan pengembangan ilmu pengetahuan yaitu ma'rifatullah (yakni pengetahuan intelektual dan ruhaniah yang luhur tentang Allah SWT). 

Pandangan filosofi demikian inilah yang mesti menjadi akidah pengembangan ilmu para dosen dan mahasiswa. Dengan akidah keilmuan (paradigma ilmu) yang seperti ini, maka semua kajian, riset, pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan mesti berakhir pada ma'rifatullah.


F. Mata Kuliah (Subject Matter) dalam Perspektif Teoantropoekosentris

Berikut ini dijelaskan sekedar contoh perspektif Teoantropoekosentris terhadap mata kuliah yang dipandang sulit dilihat menggunakan perspektif Teoantropoekosentris.


1. Matematika 
James and James (1976) menyatakan bahwa Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak dan terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri. 

Matematika termasuk disiplin ilmu dalam rumpun al-'ulum al-kauniyyah. Disebut demikian karena matematika sesungguhnya abstraksi akal (rasio) terhadap wujud-wujud partikular yang dilambangkan dengan angka. Jadi, Matematika itu hakikatnya adalah korespondensi akal (rasio) dengan wujud-wujud (materi) yang bersifat kuantitatif. Itulah sebabnya Matematika dipandang bagian dari Sains.

Sebagai bagian dari ayat kauniyyah, maka ultimate goal pengetahuan Matematika mestilah ma'rifatullah.

Lebih jauh, marilah melihat contoh sederhana, misalnya perkalian dan pembagian. Manusia diberi kemampuan menyusun konsep perkalian dan pembagian yang sangat rapi. Kedua konsep ini (perkalian dan pembagian) saling berhubungan.

2 x 4 = 8 sementara 8 : 4 = 2 atau 8 : 2 = 4
2 x 7 = 14 sementara 14 : 7 = 2 atau 14 : 2 = 7

Dari angka-angka sederhana ini, Allah memberi manusia kemampuan intelektual untuk mengembangkannya menjadi perkalian dan pembagian yang konsisten, teratur dan komplek. Kemampuan intelektual matematis ini pada hakikatnya adalah abstraksi pemikiran manusia terhadap kuantitas wujud. Kalau bukan karena daya abstraksi yang diletakkan Allah pada akal manusia, maka manusia tidak dapat mengembangkan konsep-konsep Matematika yang rapi dan tersusun indah itu.

Renungkanlah... misalnya jika manusia tidak memiliki bayangan/persepsi tentang kuantitas, keragaman, kesatuan, ada, dan tiada, maka manusia pun tidak akan memiliki bayangan bahwa 2 dikali 4 sama dengan 8, atau 8 dibagi 4 sama dengan 2. Bukankah angka 2 itu adalah abstraksi akal terhadap eksistensi dua materi atau dua wujud? Dan angka 4 adalah abstraksi akal terhadap eksistensi empat materi atau empat wujud? Dan begitu pula angka-angka lainnya. Siapa yang memberi daya intelektual yang hebat ini? Tentu saja hanya Allah yang mampu memberikannya. Penomena intelektual matematis ini adalah ayat-ayat Allah, yakni ayat insaniyyah yang ada pada diri manusia.

2. Statistik
Yuksinau (2020) menjelaskan bahwa Statistika adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana cara merencanakan, mengumpulkan, menganalisis, lalu menginterpretasikan, dan akhirnya mempresentasikan data. Data dimaksud tentu saja data kuantitatif.

Statistik termasuk disiplin ilmu dalam rumpun al-'ulum al-kauniyyah. Malah Statistik inilah salah satu penyangga perkembangan Sains. Statistik berisi rumus-rumus logis yang berfungsi untuk mengolah data. Rumus-rumus dimaksud seperti mean score (nilai rata-rata), median (nilai tengah), modus (nilai yang paling sering muncul), interval, standar deviasi, taraf signifikansi, dll.

Statistik menggunakan nalar matematika induktif yang rapi dan konsisten dalam mengolah data. Perhatikanlah bagaimana statistik bekerja dalam mengolah data mulai dari awal hingga akhir. Data partikular (data individual) diinduksi menjadi data kelas/kelompok. Data kelompok selanjutnya diinduksi menjadi data general (data umum). Hasil pengolahan data statistik ini akhirnya menjadi rahmat bagi manusia.

Sebagaimana dijelaskan, penalaran induktif dalam statistik mengarahkan pengkaji menalar data rinci menjadi data kategorik/karakteristik, selanjutnya data kategorik menjadi data klasifikasi, akhirnya pengkaji dapat menalar data klasifikasi menjadi kongklusi (general conclusion) yang bersifat kuantitatif. Semua ini dapat berjalan berkat kemampuan dan keunggulan akal yang dianugerahkan Tuhan.

Siapa pun yang masuk dalam bidang kajian Statistik ini mesti bersyukur kepada Allah. Ia dapat melihat dan merasakan bagaimana akal bekerja melakukan penalaran induktif-matamatis yang rapi dan konsisten hingga manusia mendapatkan kesimpulan kuantitatif (kesimpulan umum) yang menjadi rahmat bagi manusia. Rabbana ma khalaqta hadza bathila, subhanaka, faqina 'adzabannar. (Wahai Tuhan kami, Engkau tidak menciptakan semua ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau (dari kaum kafir yang meremehkan-Mu). Oleh karena itu, jagalah kami dari azab neraka). QS Ali Imran/3: 191.


G. Penutup
Mata kuliah "Matematika" dan "Statistik" yang dijadikan contoh di atas dapat dijadikan pemantik intelektual untuk berimprovisasi melihat mata kuliah lainnya. Secara agak provokatif dapat dinyatakan sebagai berikut: "Mata kuliah "Matematika" dan "Statistik" saja dapat dilihat dalam perspektif Teoantropoekosentris, apa lagi mata kuliah ilmu-ilmu sosial-humaniora, dan mata kuliah sains lainnya." 

Hemat penulis, secara umum, mata kuliah lain lebih mudah dilihat dalam perspektif Teoantropoekosentris. Misal, mata kuliah "Strategi Belajar" dapat dilihat dalam perspektif ayat-ayat dan hadits-hadits tarbawiy. Dalam konteks melihat dan merenungkan mata kuliah perspektif  Teoantropoekosentris ini, minimal dilihat dari sudut pandang ayat qur`aniyyah saja, atau ayat insaniyyah saja, atau ayat kauniyyah saja. Tentu saja yang diharapkan adalah melihat mata kuliah dalam perspektif yang syumul (sempurna) yakni perspektif ketiga ayat dimaksud. Wallahu a'lam.
______________
*)Penjelasan lebih komprehensif tentang Teoantropoekosentris dapat merujuk: Anhar, Paradigma Integrasi Keilmuan Teoantropoekosentris (Bojonegoro-Malang: Madza Media), 2024.
**)  Di antara "Tim Alih Bentuk IAIN Padangsidimpuan Menjadi UIN" dimaksud  ---selain empat nama yang disebut di atas di antaranya adalah Erawadi, Magdalena, Asnah, Fatahuddin Aziz Siregar, Lelya Hilda, Darwis Harahap, dan Mhd. Syukri Pulungan.

0 comments: