By Anhar
Allah berfirman (terjemahnya), "Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kamu, dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus" (QS Yasin/36: 60-61).
*******
Ibadah shalat tampak dari luar sebagai ibadah yang mudah menegakkannya. Namun bagi seorang hamba yang terus melatih diri (riyadhah) dan berupaya bersungguh-sungguh (mujahadah) untuk khusyuk dan taqarrub kepada Allah, maka ia akan menyadari bahwa ibadah shalat bukanlah ibadah yang enteng dan ringan. Menegakkan ibadah shalat memerlukan kesabaran, kesungguhan, dan ketekunan. Rintangan sekaligus tantangan terbesar adalah bagaimana agar seorang hamba selamat dari bahaya lalai (ghaflah) yang jadi perangkap setan di sepanjang shalat. Jika seorang hamba selamat dari ghaflah, maka hamba dimaksud akan berhasil mendirikan (menegakkan) shalat. Jika terperangkap oleh bisikan/bujuk rayu setan, maka ibadah shalatnya tidak akan tegak dengan baik, bahkan dapat runtuh hingga tak bernilai sama sekali.
Was-was atau Bisikan/Godaan Setan Sangat Nyata
Allah berfirman (terjemahnya), "Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kamu, dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus" (QS Yasin/36: 60-61). Tidak ada orang yang lepas dari was-was atau bisikan, dan godaan setan. Bahkan saat seorang hamba menghambakan dirinya kepada Allah dalam ibadah shalat, setan bekerja dengan kesungguhan membisikkan (menginspirasikan) berbagai hal hingga kelalaian (ghaflah) menutup mata batin kesadaran qalbu seorang hamba dari mengingat Allah (dzikrullah). Sebegitu canggihnya setan bekerja, sehingga kita pun tanpa menyadari, setan telah mentransmisikan dengan halusnya berbagai hal ke dalam relung kesadaran kita. Di antara dampaknya, misalnya suatu yang telah lama terlupakan pun dapat muncul seketika dalam ingatan kita. Jika kita tidak segera mengendalikan was-was atau godaan setan yang berusaha menguasai qalbu dan pikiran, maka setan akan terus bekerja "membunga-bungai" kesadaran kita hingga makin menjadi-jadi sampai kesadaran akan kekudusan penghambaan kita berhasil diambil alih oleh setan yang terkutuk. Jika hamba yang shalat telah berada dalam pengendalian setan, maka hamba yang demikian dapat saja tidak selamat dalam meniti jalan dzikir kepada Allah sepanjang shalatnya.
Istighfar-lah dengan Sungguh di Akhir Shalatmu
Oleh karena itu istighfar-lah dengan penuh kesungguhan di akhir shalatmu, yakni istighfar dengan sikap tadharru' (rendah hati), khufyah (suara yang lembut), dan khauf' (hati yang takut) dengan mengucapkan: استغفر الله، استغفر الله، استغفر الله "Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah."1) Hunjamkanlah makna istighfar itu dalam qalbu-mu ketika memohonkan ampunan-Nya terhadap kelalaian yang menimpamu atau sengaja kamu lakukan saat shalat. Istighfar ini sekaligus permohonan ampunan kita atas keterlanjuran menuruti bisikan (was-was) setan, atau kecerobohan dan ketidaksungguhan kita menegakkan shalat. Boleh jadi kelalaian (ghaflah) terjadi sepanjang shalat atau pada momen-momen tertentu dalam shalat, misalnya saat membaca do'a ifititah, saat membaca al-Fatihah, saat rukuk, saat i'tidal, dan lainnya. Semoga dengan istighfar itu Allah SWT mengampuni kecerobohan dan ketidakseriusan kita dalam menegakkan shalat. Setiap hamba yang beriman harus serius menegakkan shalat. Ingat pesan Nabi Saw., bahwa bagian hamba dari shalat itu hanya apa yang diingatnya. Bagian hamba dimaksud bisa separohnya, atau sepertiganya, atau malah hanya seperempatnya. Dan paling celaka, bisa juga tak ada bagian sama sekali. Mereka yang tak dapat bagian sama sekali adalah mereka yang lalai dari dzikrullah sepanjang shalat. Keadaan shalat yang buruk ini (lalai sepanjang shalat) biasanya terjadi pada shalat orang-orang munafik, yakni orang yang berpura-pura shalat.
Setelah Istighfar Ucapkanlah Allahumma Antas Salam
Selanjutnya, ucapkanlah doa: اللهم انت السلام ومنك السلام تباركت ياذا الجلال والاكرام "Allahumma antas salam, wa minkas salam, tabarakta ya dzal jalali wal ikram".2) (Artinya: Wahai Allah, Engkaulah As-Salam [keselamatan, kedamaian], dari-Mu as-salam [keselamatan, kedamaian]. Maha Mulia Engkau wahai pemilik kemuliaan).
Disebutkan dalam hadits bahwa asal usul do'a "Allahumma antas salam..." ini diawali oleh seorang sahabat yang mengucapkan salam yang ditujukan kepada Allah SWT. Mendengar hal itu, Nabi Saw., menasehatkan agar jangan bersalam kepada Allah karena Allah SWT-lah as-Salam. Beliau kemudian mengatakan supaya membaca do'a Allahumma antas salam... sebagaimana dikutip di atas.
Rahmat as-salam ini adalah di antara rahmat yang amat besar yang dimohonkan melalui untaian doa seorang mushalliy (orang yang shalat) dalam setiap membaca Tahiyyat atau Tasyahhud, yaitu: Assalamu 'alaina wa 'ala 'ibadillahis shalihin (Semoga as-salam terlimpah kepada kami dan kepada hamba-hamba-Mu yang shalih). Doa ini diucapkan dalam munajat Tahiyyat setelah seorang mushalliy lebih dulu bermohon agar as-salam tercurah kepada Nabi Saw.: Assalamu 'alaika ayyuhannabiyyu warahmatullahi wabarakatuh (Semoga as-salam tercurah kepadamu wahai Nabi dan begitu juga rahmat Allah serta berkah-Nya).
Ketika mengucapkan dzikir "Allahumma antas salam..." ini sadarilah bahwa as-salam yang kita cari dalam shalat hanya bersumber dari Allah, karena memang dalam namanyalah ada as-salam dan Dia-lah pemilik as-salam. Jika Allah menurunkan as-salam ke dalam qalbu, maka setan tidak akan berhasil memasukkan was-was atau bisikan buruk ke dalam qalbu seorang Muslim. Setan pun akan gagal membelokkan qalbu seorang hamba dari shirat al-mustaqim (jalan lurus pendakian ruhaniah).
Jika Allah berkehendak memberi rahmat as-salam kepada hamba-Nya, maka tidak ada yang dapat mencegahnya. Sebaliknya, tidak ada yang dapat memberinya jika Allah menolaknya. Dan tidak berguna bagi orang yang memiliki kemuliaan akan kemuliaannya, kecuali kemuliaan dari Allah. Demikian inilah di antara makna yang dapat ditangkap dzikir lanjutan Allahumma antassalam... yaitu: اللهم لامانع لمااعطيت ولامعطي لما منعت ولا ينفع ذا الجد منك الجد "Allahumma la mani'a lima a'thaita wala mu'thiya lima mana'ta, wala yanfa'u dzal jaddi minkal jaddu".
Istiqomah Mengingat Allah Sepanjang Shalat Membutuhkan Perjuangan (Mujahadah)
Oleh karena itu jangan lupa selalu bermohon kepada Allah SWT agar Allah membantu kita dalam mengingat-Nya, dalam bersyukur kepada-Nya, dan dalam menyempurnakan ibadah kepada-Nya dengan mengucapkan: اللهم اعني على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك "Allahumma a'inni 'ala dzikrika wa syukrika wa husni 'ibadatik."3) Tanpa bantuan dari Allah, kita tidak mampu berlepas diri dari perangkap setan yang memunculkan kelalaian dalam mengingat-Nya. Begitu juga, tanpa bantuan-Nya, kita bisa lalai dari syukur atas segala nikmat dan pemberian-Nya, termasuk syukur atas nikmat khusyuk yang diturunkan Allah ke dalam qalbu. Kita juga tidak mungkin mencapai kesempurnaan ibadah tanpa bantuan dan pertolongan Allah.
Lanjutkanlah dengan Dzikir Lainnya
Masih banyak dzikir yang diwariskan oleh Rasulullah Saw., yang berfungsi menguatkan riyadhah dan mujahadah dalam ber-taqarrub kepada Allah. Zikir-zikir dimaksud dapat kita baca setiap selesai shalat. Misalnya ayat Qursiy,4) Mu'awwidzat,5) tasbih 33x, tahmid 33x, dan takbir 33x yang disempurnakan dengan ucapan: لا اله الا الله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد وهو على كلى شيء قدير "La ilaha illallah wahdahu la syarikalah lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'ala kulli syai`in qadir" (Artinya: Tiada tuhan selain Allah semata. Tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya kekuasaan/kerajaan dan pujian. Dialah yang menghidupkan dan mematikan. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu),6) serta dzikir lainnya. Allahu a'lam.
_____________________
Catatan Kaki:
1) Teks dzikir di atas dikutip dari buku: Tuntunan Dzikir dan Do'a Menurut Putusan Tarjih Muhammadiyah, Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Cet. 2, 2004, h. 39.
2) Ibid., h. 40-42.
3) Ibid., h. 52-53.
4) Ibid., h. 50-52
5) Ibid., h. 56-59.
6) Ibid., h. 53-55.
Gambar:
Aksi Bela Palestina di Univ. Muhammadiyah Tap. Selatan, 07 Mei 2024 yang diinisiasi oleh Forum Rektor Univ. Muhammadiyah se Indonesia dan Maj. Dikdasmen dan PNF Pimp. Pusat Muhammadiyah.
0 comments: