SERULAH ALLAH DALAM TAKBIR SHALATMU DAN TAKBIR KEMENANGANMU DENGAN RENDAH HATI DAN SUARA YANG LEMBUT


Mari ber-fastabiqul khairat dalam menyeru Allah dengan meningkatkan kemampuan ruhaniah masing-masing. Inysa Allah takbir yang tadharru', khufyah, khifah, khauf, thama', rahab, dan raghab akan menjadi obat dan penenang hati dan pembuka pintu-pintu rahmat.

*******

Shalat dimulai dengan takbir, "Allahu Akbar" (Allah Maha Besar). Takbir juga menandai perpindahan dari satu gerakan shalat ke gerakan lainnya. Tiap rakaat, seorang Muslim bertakbir 5 dan 6 kali. Dengan demikian jika ditotal keseluruhan, maka dalam satu putaran shalat lima waktu (17 rakaat), seorang Muslim menyeru Rabb-nya dengan ucapan takbir sebanyak 94 kali. 

    Takbir berisi pernyataan yang bersusunan mubtada`-khabar (subjek-keterangan). Kata "Akbar" dalam kalimat Allahu Akbar berposisi sebagai khabar (adjective/keterangan) dari kata "Allah". Dengan demikian, dari sisi kebahasaan, takbir ini berisi ucapan penegasan bahwa Allah adalah Akbar (Maha Besar, Maha Agung) dari siapa pun dan apa pun. Allah benar-benar wujud mutlak (wajib al-wujud), sementara selain-Nya adalah wujud relatif (mumkin al-wujud). Dilihat dalam perspektif ilmu kalam (teologis), pernyataan takbir ini bermakna penegasian (penafian) bahkan penolakan seorang Muslim terhadap siapa pun dan apa pun selain Allah yang memandang diri atau wujudnya maha kuat, maha perkasa, atau maha besar. Dengan pemaknaan yang demikian, maka ucapan takbir merupakan pernyataan kebebasan hamba dari segala kekuatan apa pun yang menghalangi seorang hamba dari taslim (penyerahan diri) dan ta'zhim (pengagungan) kepada qudrat (kuasa) dan iradat (kehendak) Allah SWT.

    Selanjutnya dengan pendekatan 'irfani, marilah mendalami tuntunan Al-Qur`an tentang adab menyeru (berdo'a) kepada Allah SWT, termasuk dalam hal ini menyeru Allah melalui ucapan takbir

1. Surat Al-An'am (6) ayat 63:

قُلْ مَنْ يُّنَجِّيْكُمْ مِّنْ ظُلُمٰتِ الْبَرِّ وَا لْبَحْرِ تَدْعُوْنَهٗ تَضَرُّعًا وَّخُفْيَةً ۚ لَئِنْ اَنْجٰٮنَا مِنْ هٰذِهٖ لَـنَكُوْنَنَّ مِنَ الشّٰكِرِيْنَ

"Katakanlah (Muhammad), "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, ketika kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah hati dan dengan suara yang lembut?" (Dengan mengatakan), "Sekiranya Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur."*

2. Surat Al-A'raf (7) ayat 55:

اُدْعُوْا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَّخُفْيَةً ۗ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَ 

"Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas."*

3. Surat Al-A'raf (7) ayat 205:

وَا ذْكُرْ رَّبَّكَ فِيْ نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَّخِيْفَةً وَّدُوْنَ الْجَـهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِا لْغُدُوِّ وَا لْاٰ صَا لِ وَلَا تَكُنْ مِّنَ الْغٰفِلِيْنَ

"Dan ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, pada waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah."*

    Tiga petikan ayat Al-Qur`an di atas sangat jelas menuntunkan bahwa dalam menyeru, menyebut atau memanggil nama-Nya, hendaklah dengan tadharru' (rendah hati) dan khufyah (suara yang lembut). Seorang hamba mesti terus menghunjamkan kesadaran qalbu-nya bahwa yang dipanggilnya itu adalah Tuhan 'Arsy yang Agung, Tuhan Pencipta, Pengatur, Pemelihara Langit dan Bumi. Kerendahhatian dan kelembutan dalam memanggil nama Allah, Tuhan pencipta dan pemilik langit dan bumi, dalam takbir atau dalam lafaz-lafaz indah lainnya mesti terus dilatih dalam riyadhah (latihan-latihan ruhaniah) dan mujahadah (perjuangan/kesungguhan mendekatkan diri kepada-Nya). 

    Rasulullah Saw., telah menuntun ummatnya agar melakukan riyadhah dan mujahadah. Tuntunan dimaksud dengan menganjurkan serta meneladankan pembiasaan amalan-amalan sunnat yang amat penting, misalnya shalat sunnat Rawatib, Tahajjud, Dhuha, puasa Sunnat, membaca Al-Qur`an, memperbanyak zikir, dan melakukan amal-amal shalih.

    Khusus zikir, Nabi Saw., mengajarkan zikir-zikir tertentu yang dapat dibaca dengan jumlah semampunya. Misalnya zikir subhanallah wabihamdihi atau subhanallah wabihamdihi astaghfirullah wa atubu ilaihi, dan zikir-zikir lainnya yang shahih.

    Amalan-amalan demikian ini akan melatih seorang hamba agar semakin hari semakin tadharru' (rendah hati) dan khufyah (bersuara yang lembut) dalam menyeru Allah. Jika kita semakin tadharru' dan khufyah dalam menyeru-Nya, maka dada terasa semakin lapang, dan qalbu semakin terterangi cahaya ilmu dan hikmah yang datang dari Allah SWT.

Takbir dalam shalat yang dibaca 94 kali dalam satu putaran shalat lima waktu ---jika dibaca dengan rendah hati dan suara yang lembut--- akan menjadi pintu-pintu pembuka untuk curahan ilmu dan hikmah dari Allah SWT, sekaligus pintu-pintu pembuka untuk kedamaian dan ketenangan ruhaniah setiap hamba yang shalat. Oleh karena itu, ber-takbir-lah dengan rendah hati dan suara yang lembut. Mari ber-fastabiqul khairat dalam menyeru Allah dengan meningkatkan kemampuan ruhaniah masing-masing. Inysa Allah takbir yang tadharru', khufyah, khifah, khauf, thama, rahab, dan raghab akan menjadi obat dan penenang hati dan membuka pintu-pintu rahmat. 

Mengakhiri puasa Ramadhan dan memasuki 1 Syawal, kaum Muslimin menggemakan takbir, yang bertalian dengan lafaz tahlil, dan tahmid

Tuntunan adab ruhaniah bertakbir di 'Ied Mubarak ini tentu sama saja dengan bertakbir saat ibadah shalat. Di sini kita juga mesti ber-fastabiqul khairat menyeru Allah melalui takbir kemenangan ini dengan tadharru' dan khufyah. Tentu tidak itu saja, tapi juga dengan khifah, khauf, thama, rahab, dan raghab. Dengan adab yang demikian, maka insya Allah, takbiran kita bermakna ampunan dan tobat untuk kembali ke fitrah insaniyah sebagai hamba Allah yang patuh, pasrah, dan taat kepada-Nya. Semoga keadaan kita bagaikan dilahirkan kembali oleh ibu, bersih dari dosa dan kesalahan. Allahumma innaka 'afuwwun, tuhibbul 'afwa fa'fu 'anniy (Wahai Allah, sungguh Engkau Maha Pemaaf, maka maafkanlah aku [dari berbagai kesalahan saat puasa dan dan dari perbuatan dosa]).  Allahu a'lam.

________________ 

Catatan kaki:
* Via Al-Qur'an Indonesia https://quran-id.com

Gambar:
Pemberian penghargaan kepada peserta Tadarus Al-Qur`an Masjid Al-Muhajirin Perm. Sidimpuan Indah Lestari, Palopat PK, Kota Padangsidimpuan, Ramadhan 1445 H/ 05/04/2024.

0 comments: