SHALAT KHUSYUK: KERANGKA KONSEP DENGAN PENDEKATAN 'IRFANI
I. Dasar Shalat Khusyu'
Di antar dasar shalat khusyuk adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala berikut:
Di antar dasar shalat khusyuk adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala berikut:
وَا سْتَعِيْنُوْا بِا لصَّبْرِ وَا لصَّلٰوةِ ۗ وَاِ نَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَ
"Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Dan (sholat) itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk," (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 45).* اِنَّهُمْ كَا نُوْا يُسٰرِعُوْنَ فِيْ الْخَيْـرٰتِ وَ يَدْعُوْنَـنَا رَغَبًا وَّرَهَبًا ۗ وَكَا نُوْا لَنَا خٰشِعِيْنَ
"... Sungguh, mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami." (QS. Al-Anbiya 21: Ayat 90)*
اُولٰٓئِكَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّٖنَ مِنْ ذُرِّيَّةِ اٰدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوْحٍ ۖ وَّمِنْ ذُرِّيَّةِ اِبْرٰهِيْمَ وَاِ سْرَآءِيْلَ ۖ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَا جْتَبَيْنَا ۗ اِذَا تُتْلٰى عَلَيْهِمْ اٰيٰتُ الرَّحْمٰنِ خَرُّوْا سُجَّدًا وَّبُكِيًّا
"Mereka itulah orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu dari (golongan) para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang yang Kami bawa (dalam kapal) bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil (Ya'qub), dan dari orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pengasih kepada mereka, maka mereka tunduk sujud dan menangis."
(QS. Maryam 19: Ayat 58)
قَدْ اَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ
الَّذِيْنَ هُمْ فِيْ صَلَا تِهِمْ خَا شِعُوْنَ
"Sungguh beruntung orang-orang yang beriman,"
"(yaitu) orang yang khusyuk dalam sholatnya,"
(QS. Al-Mu'minun 23: Ayat 1-2)*
وَا ذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ اِلَيْهِ تَبْتِيْلًا
"Dan sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan sepenuh hati." (QS. Al-Muzzammil 73: Ayat 8)
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَ
الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَا تِهِمْ سَاهُوْنَ
"Maka celakalah orang yang sholat,"
"(yaitu) orang-orang yang lalai terhadap sholatnya,"
(QS. Al-Ma'un 107: Ayat 4-5)*
II. Bimbingan dan Esensi Shalat Khusyu'
Dapat dilihat, antara lain surat An-Nisa` (4) ayat 43, Al-A'raf (7) ayat 55, 56, 205 dan Al-Anbiya (21) ayat 90. Berdasarkan ayat-ayat Al-Qur`an dimaksud dapat disarikan esensi shalat khusyu' di antaranya:
Dapat dilihat, antara lain surat An-Nisa` (4) ayat 43, Al-A'raf (7) ayat 55, 56, 205 dan Al-Anbiya (21) ayat 90. Berdasarkan ayat-ayat Al-Qur`an dimaksud dapat disarikan esensi shalat khusyu' di antaranya:
- Ma'lum al-ma'na (mengetahui makna bacaan shalat)
- Tadharru' (rendah hati)
- Khufyah (suara yang lembut)
- Khauf (rasa takut)
- Thama'/raghab (penuh harap)
- Rahab (cemas)
- Sirr al-qaul (dun al-jahri min al-qaul) [tidak bersuara kasar]
Berdasarkan konsep-konsep esensial di atas, maka dapat dimengerti mengapa para ulama menyatakan bahwa cara yang paling tepat untuk mencapai shalat khusyuk adalah dengan hudhur al-qalbi (menghadirkan hati).
III. Metode
Metode yang dirumuskan para ulama dari Al-Qur'an dan As-Sunnah adalah hudhur al-qalbi (menghadirkan hati). Caranya, yakni memahami lafazh-lafazh bacaan shalat dengan qalbu, yaitu dengan merasakan, menyadari, dan menghayati makna lafazh zikir/do'a yang dibaca dalam shalat.
Misal:
- Membaca takbir "Allahu Akbar" dengan ma'lum al-ma'na, tadharru', khufyah, khauf, thama', raghab dan rahab. Pemaknaan takbir di sini ---dengan penerapan manhaj iktisyafi--- dapat disebut sebagai pe-rendah-an/penghinaan diri sendiri di hadapan Allah. Oleh karena itu, ikhtiar yang urgen dilakukan untuk mendapatkan makna terdalam ucapan Allahu Akbar, yaitu dengan menerapkan manhaj kasyfi, manhaj iktisyafi, dan ---Allahu a'lam, penulis menambahkan satu lagi--- manhaj kalami/manhaj bayani. Manhaj terakhir ini adalah memahami makna takbir melalui tuntunan pemaknaan kalamullah dalam Al-Qur`an dan Al-Hadits. Dalam penerapannya, dapat dilakukan dengan urutan: pertama, menerapkan manhaj kalamiy/manhaj bayani, selanjutnya manhaj iktisyafi, dan diakhiri manhaj kasyfi.
- Saat membaca "Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in", dapat dimaknai ---dengan manhaj iktisyafi--- sebagai pertemuan antara 'abid (hamba) dengan ma'bud (Yang Disembah). Kalimat ini juga dapat dimaknai bahwa seorang hamba menafikan/membersihkan secara sempurna segala syirik dalam dirinya. Dan ia berjanji untuk taat, patuh, dan tunduk secara sempurna kepada Allah. Dalam hal memohon pertolongan, ia juga menegaskan bahwa ia hanya menggantungkan dirinya kepada pertolongan Allah. Pertolongan manusia ia maknai sebagai pertolongan dari Allah karena Allah-lah yang menggerakkan hati manusia untuk menolong atau berhati pemurah.
- Saat membaca "Subhana rabbiyal 'azhim" (Maha Suci Tuhan-ku lagi Maha Agung), atau "Subhanakallahumma rabbana wabihamdika Allahummaghfirli" (Maha Suci Engkau ya Rabb kami dan segala puji bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah aku), seorang 'abid harus berhasil "mema'rifatkan" makna tasbih dan tahmid sedalam-dalamnya di lubuk hatinya. Makna tasbih dan tahmid ---dengan manhaj kalamiy/bayaniy--- dapat ditemukan dalam Al-Quran dan Hadits.
IV. Perintang Khusyu'
Perintang utama shalat khusyu' yaitu Waswas asy-syaithan dan kecerobohan diri sendiri saat beribadah. Misalnya grasa-grusu, tidak sabar, dan sebagainya. Perintang ini menimpa setiap orang. Cara paling mudah menghalau perintang ini yaitu dengan segera kembali mengingat Allah.
__________________________
Catatan Kaki:
* Via Al-Qur'an Indonesia https://quran-id.com
0 comments: