KHUTBAH IDUL FITHRI: PUASA MEMBANGUN PRIBADI MUTTAQIN
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّه وبركاته
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا)
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ )
( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا )
فقال الله تعالى في كتابه لكريم
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
ثم قال النبي صلى الله عليه و سلم
عَنْ سَهْلٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ (رواه البخارى و مسلم)
ألله أكبر ألله أكبر لاإله إلاالله والله أكبر ألله أكبر و لله الحمد
Hadirin, jama’ah shalat ‘Idul Fithri yang dimuliakan Allah.
Segala puji dan syukur marilah sama-sama kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan kasih-sayang Allah yang tiada berhingga, kita telah dapat melaksanakan ibadah puasa Ramadhan dengan sempurna, dan pada pagi hari yang cerah ini kita berkumpul membesarkan dan mengagungkan asma’ Allah.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi kita yang mulia Muhammad Rasulullah Saw, keluarganya dan para sahabatnya. Beliau telah menuntun dan membimbing hidup kita, sehingga insya Allah, kita semua hidup dalam cahaya iman dan Islam yang diridai Allah SWT.
ألله أكبر ألله أكبر لاإله إلاالله والله أكبر ألله أكبر و لله الحمد
Hadirin yang dirahmati Allah.
Orang-orang yang telah berpuasa karena iman dan penuh perhitungan (ihtisab) pantas bergembira pada hari ini. Mengapa demikian? Karena mereka telah menang melawan hawa nafsu. Allah berjanji mengampuni dosa-dosa mereka. Dosa-dosa kita sangatlah banyak. Ada yang terang-terangan dan ada yang tersembunyi. Kalau bukan karena rahmat dan maghfirah Allah, maka kita akan termasuk golongan yang celaka di akhirat.
Hal lain yang membuat orang telah berpuasa itu bergembira, karena di akhirat nanti, mereka akan menjadi tamu istimewa Allah. Mereka kelak akan dipersilakan Allah masuk surga melalui pintu khusus yang dinamakan ar-Rayyân. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, (sebagaimana telah Khatib bacakan) Rasulullah bersabda yang artinya:
Dari Sahal radliallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau bersabda: "Dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Ar-Rayyân ¾ artinya basah-melimpah, yang pada hari qiyamat tidak akan ada orang yang masuk ke surga melewati pintu itu kecuali para shâimun (orang-orang yang berpuasa). Tidak akan ada seorangpun yang masuk melewati pintu tersebut selain mereka. Lalu dikatakan kepada mereka, “Mana para shâimun? Maka para shâimun berdiri menghadap. Tidak akan ada seorangpun yang masuk melewati pintu tersebut selain mereka. Apabila mereka telah masuk semuanya, maka pintu itu ditutup dan tidak akan ada seorangpun yang masuk melewati pintu tersebut". (HR Bukhari dan Muslim).
Kita bermohon kepada Allah semoga kita termasuk hamba-Nya yang akan masuk surga melalui pintu Ar-Rayyan dan menjauhkan kita dari bernasib buruk di akhirat.
ألله أكبر ألله أكبر لاإله إلاالله والله أكبر ألله أكبر و لله الحمد
Hamba-hamba Allah yang berbahagia.
Hari akhirat adalah hari-hari kita yang sesungguhnya. Dunia ini hanyalah persinggahan sementara. Di akhirat masing-masing kita akan dihadapkan kepada apa-apa yang telah kita lakukan, apa-apa yang kita sia-siakan, dan begitu juga amal salah dan buruk yang kita lakukan. Selanjutnya masing-masing kita berhadapan dengan mizan (timbangan amal) untuk selanjutnya kita menerima ganjaran perbuatan selama hidup di dunia.
Amat penting untuk kita sadari, sebanyak apa pun amal kebaikan yang kita perbuat, sesungguhnya tidak akan dapat membalas nikmat dan kasih sayang Allah yang kita terima sejak di alam kandungan hingga ajal tiba. Oleh karena itu, kalau bukan rahmat dan ampunan Allah Yang Maha Luas, kita tidak mungkin mendapatkan surga-Nya. Itulah sebabnya, kita memohon ampun kepada Allah di setiap shalat dan zikir kita. Saat rukuk dan sujud, kita misalnya berdoa Subhanakallahumma Rabbana wa bihamdika Allahummaghfirli (Maha Suci Engka wahai Tuhan kami dan segala puji bagi-Mu, ya Allah ampunilah kami).
ألله أكبر ألله أكبر لاإله إلاالله والله أكبر ألله أكبر و لله الحمد
Jama’ah shalat Id yang berbahagia...
Hari Kiamat adalah bencana dan huru hara sangat besar. Allah berfirman dalam surat An-Nazi’at ayat 34-41:
فَإِذَا جَاءَتِ الطَّامَّةُ الْكُبْرَى
يَوْمَ يَتَذَكَّرُ الإنْسَانُ مَا سَعَى. وَبُرِّزَتِ الْجَحِيمُ لِمَنْ يَرَى فَأَمَّا مَنْ طَغَى. وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا. فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى. فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
Artinya:
34. Maka apabila malapetaka besar (hari Kiamat) telah datang.
35. yaitu pada hari (ketika) manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya,
36. dan neraka diperlihatkan dengan jelas kepada setiap orang yang melihat.
37. Maka adapun orang yang melampaui batas,
38. dan lebih mengutamakan kehidupan dunia,
39. maka sungguh nerakalah tempat tinggalnya.
40. Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hafa nafsunya,
41. maka sungguh, surgalah tempat tinggal(nya).
Pada ayat yang lain, Allah menegaskan:
22. Sungguh, kamu dahulu lalai tentang (peristiwa) ini, maka Kami singkapkan tutup (yang menutupi) matamu, sehingga penglihatanmu hari ini sangat tajam.
23. Dan (malaikat) yang menyertainya berkata, “Inilah (catatan perbuatan) yang ada padaku.”
24. (Allah berfirman), “Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam Neraka Jahannam semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala.
25. yang sangat enggan melakukan kebajikan, melampaui batas dan bersikap ragu-ragu,
26. yang menyekutukan Allah dengan tuhan lain, maka lemparkanlah dia ke dalam azab yang keras.” (Qur`an Surat Qaf ayat 22-26)
Jama’ah sekalian, pada hari ketika manusia ditunjukkan catatan perbuatan, maka jika manusia mendapat catatan buruk, maka ia ingin supaya dapat menebus kebebasannya dari siksa neraka atau dikembalikan lagi ke dunia agar ia mentaati Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman yang artinya sbb:
Dan seandainya engkau (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, mereka berkata, “Seandainya kami dikembalikan (ke dunia) tentu kami tidak akan mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman.”
Dan seandainya engkau (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan kepada Tuhannya (tentulah engkau melihat peristiwa yang mengharukan). Dia berfirman, “Bukankah (kebangkitan) ini benar?” Mereka menjawab, “Sungguh benar, demi Tuhan kami.” Dia berfirman, “Rasakanlah azab ini, karena kamu dahulu mengingkarinya.” (QS Al-An’am/6: 27 dan 30).
ألله أكبر ألله أكبر لاإله إلاالله والله أكبر ألله أكبر و لله الحمد
Hadirin jama’ah shalat ‘Id yang dirahmati Allah.
Ibadah puasa akan membentuk kepribadian kita menjadi insan yang bertakwa. Pribadi yang bertakwa adalah pribadi yang mampu memelihara diri dari segala hal yang merusak ketaatan kepada Allah. Suatu pribadi yang seimbang, dengan emosi yang stabil. Ia memiliki mekanisme pertahanan diri yang kokoh. Inilah insan yang memiliki integritas (kekokohan) kepribadian.
Integritas (keutuhan, kekokohan) kepribadian seorang hamba yang beriman ditunjukkannya dengan kestabilan jiwanya ketika dicaci, dimaki atau dikhianati. Ia mampu menahan gejolak emosi dan hawa nafsu yang dapat mengancam kepribadiannya. Dampaknya, ia memiliki sikap arif, bijak dan pemaaf. Ia sabar dalam masa-masa lapang dan sempit dan bahkan pada kondisi-kondisi yang paling sulit sekalipun, misalnya masa perang. Ia berhati pemurah, terutama dalam membantu orang-orang yang membutuhkan. Ia selalu memegang teguh janji, jika ia berjanji, ia selalu menjaga amanah jika diberi amanah, ia selalu jujur dan tak pernah berdusta, dan sebagainya. Inilah di antara ciri khas kepribadian orang yang benar (shadiq) dan yang bertakwa, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah surat Al-Baqarah ayat 177.
ألله أكبر ألله أكبر لاإله إلاالله والله أكبر ألله أكبر و لله الحمد
Hadirin, hamba-hamba Allah yang berbahagia.
Hakikat ibadah puasa adalah pengendalian hawa nafsu. Selama berpuasa, hawa nafsu kita kekang dengan cara tidak makan dan minum, menghindari perbuatan keji (rafats), menghindari perilaku bodoh (jahil). Kita juga menghindar dari pergunjingan, perkelahian dan caci-maki. Kalau ada orang memancing kita untuk bertindak jahil, caci maki atau berkelahi, maka kita menolak dan menghindar. Kita katakan dengan tegas kepada orang itu bahwa kita sedang beribadah puasa.
Di sisi lain, kita memperbanyak ibadah seperti qiyamu ramadhan (shalat Tarwih), tadarus Al-Qur`an, memperbanyak infak dan shadaqah, bahkan ada yang i’tikaf di masjid. Pada bulan yang penuh berkah itu, kita juga meningkatkan kepedulian kepada anak yatim dan fakir-miskin. Kita menutup amal kebaikan Ramadhan dengan menunaikan zakatul fithri (zakat fitrah).
Dengan amal perbuatan yang demikian, maka sesungguhnya kita telah menjadikan ruh kita memimpin jasad kita. Secara hakiki, kita pun sedang berupaya mendaki untuk semakin dekat kepada Allah SWT. Dengan demikian, martabat kita akan naik di sisi Allah SWT. Oleh karena kita beriman dan senantiasa meningkatkan ketakwaan, maka Allah SWT pun menyebut bahwa Dia dekat kepada hamba-hamba-Nya. Dan Dia akan mengabulkan do’a hamba-Nya, jika hamba itu berdo’a kepada-Nya. Allah SWT berfirman:
وَاِ ذَا سَاَ لَـكَ عِبَا دِيْ عَنِّيْ فَاِ نِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّا عِ اِذَا دَعَا نِ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran."
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS Al-Baqarah ayat 186).
Bahkan Allah SWT menyebut hamba yang demikian sebagai wali-Nya. Allah berfirman:
اَ لَاۤ اِنَّ اَوْلِيَآءَ اللّٰهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ
"Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati."
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَكَا نُوْا يَتَّقُوْنَ
"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa." (QS Yunus ayat 62-63).
ألله أكبر ألله أكبر لاإله إلاالله والله أكبر ألله أكبر و لله الحمد
Di akhir khutbah ini, khatib mengajak kita semua untuk mempererat silaturrahim (tali kasih-sayang) sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Saw dan para sahabat. Suatu bentuk kasih-sayang yang tulus dan indah sebagaimana kasih sayang orang tua terhadap anak, anak terhadap orang tuanya, sesama karib kerabat, yang tua kepada yang muda, sebaliknya yang muda kepada yang tua. Begitu juga kita harus mempererat kasih sayang kepada saudara-saudara kita yang yatim, fakir dan miskin. Berkasih-sayang di antara kita adalah salah satu ciri khas ummat Muhammad Saw. Dalam surat al-Fath ayat 29 Allah berfirman:
مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللّٰهِ ۗ وَا لَّذِيْنَ مَعَهٗۤ اَشِدَّآءُ عَلَى الْكُفَّا رِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ تَرٰٮهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَّبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَا نًا ۖ سِيْمَاهُمْ فِيْ وُجُوْهِهِمْ مِّنْ اَثَرِ السُّجُوْدِ ۗ ذٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى التَّوْرٰٮةِ ۖ وَمَثَلُهُمْ فِى الْاِ نْجِيْلِ ۚ كَزَرْعٍ اَخْرَجَ شَطْئَـهٗ فَاٰ زَرَهٗ فَا سْتَغْلَظَ فَا سْتَوٰى عَلٰى سُوْقِهٖ يُعْجِبُ الزُّرَّا عَ لِيَـغِيْظَ بِهِمُ الْكُفَّا رَ ۗ وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنْهُمْ مَّغْفِرَةً وَّاَجْرًا عَظِيْمًا
"Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat, lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya, tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar." (QS. Al-Fath 48: Ayat 29)
Hal lain, kita perlu membiasakan tradisi sahabat ketika mereka bertemu pada hari Raya untuk saling mendoakan. Dalam Fiqh as-Sunnah disebutkan: Jubeir bin Nafir berkata, “Apa bila sahabat-sahabat Rasulullah Saw bertemu pada hari Raya, maka mereka saling mengucapkan: “Taqabbalallahu minna wa minkum”. (Semoga Allah menerima amal ibadah kami dan amal ibadah kamu).
Di samping itu, sudah menjadi kebiasaan baik kita di hari yang fithri ini untuk saling bermaafan, membuka pintu hati seluas-luasnya untuk memaafkan saudara-saudara kita. Suatu perasaan maaf yang tulus-ikhlas yang lahir dari lubuk hati yang suci.
Mari kita ingat pesan suci Nabi kita:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَقَالَ عَثْرَةً أَقَالَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Artinya:
Dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa memaafkan kesalahan orang lain maka Allah akan memaafkan kesalahannya pada hari kiamat." (H.R. Ahmad No. 7122)
Sembari saling bermaafan, kita memohon kepada Allah, semoga ibadah puasa kita berterima di sisi-Nya. Kekurangsempurnaan ibadah puasa kita semoga dapat ditutupi oleh zakat fitrah yang kita tunaikan. Semoga pula Allah masih mempertemukan kita dengan Ramadhan tahun-tahun yang akan datang.
_____Allahumma ya Rabbana Tuhan Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang, inilah kami hamba-hamba-Mu yang bergelimang salah dan dosa, bukakan pintu tobat untuk kami, ampuni dosa-dosa kami ya Rabb dan maafkan segala kesalahan kami. Terima amal ibadah kami yang tidak seberapa. Lindungi kami pada hari tiada tempat berlindung selain perlindungan-Mu. Jauhkan kami dari siksa neraka-Mu.
______Ya Rabbana, kami sadar bahwa kami belum pantas menjadi penghuni surga-Mu, tapi kami juga sangat takut akan siksa neraka-Mu. Oleh karena itu ya Rabb, terimalah kami saat Engkau panggil kami menghadap-Mu bagaimana pun keadaan kami.
_______Ya Rabbana, sabda Nabi-Mu bahwa ayah-bunda kami adalah pintu-pintu yang paling tengah dari pintu-pintu surga-Mu. Tapi ya Rabb, dalam kebodohan kami, sering kali kami tidak sadar bahwa perkataan, tingkah laku, dan sikap kami yang kasar kepada mereka dapat menghalangi kami memasuki pintu surga-Mu. Oleh karena itu Ya Rahim, ampuni segala kesalahan dan keburukan akhlak kami kepada ayah bunda kami, curahkan kasih-sayan-Mu kepada mereka sebagaimana mereka menyayangi kami waktu kecil.
_____ Rabbanā la tuakhiznā innasīnā au akhtha`nā, Rabbanā walā tahmil ‘alainā ishran kamā hamaltahu ‘alalladzīna min qablina, Rabbanā walā tuhammilnā mā lā thāqata lanā bih, wa’fu ‘annā waghfirlanā warhamnā, anta maulāna fanshurnā ‘alal qaumil kāfirin.
______ Rabbanā zhalamnā anfusanā, wa inlam taghfirlanā watarhamnā lanakūnanna minal khāsirīn.
ربنا أتنا فى الدنيا حسنة و فى الأخرة حسنة وقنا عذاب النار
والحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Gambar: 12 April 2022, Bunga Kamboja depan rumah di Padangsidempuan sedang mekar
0 comments: