SULUK SEORANG DIRI DENGAN TASBIH, TAHMID, TAKBIR, DAN TAHLIL BA'DA SHALAT FARDHU



By Anhar

Tulisan singkat berikut ini adalah ikhtiar kecil memahami aspek ‘irfani (sufistik) salah satu dzikir ba’da salam yang dituntunkan oleh Rasulullah Saw dan merupakan kelanjutan dari perenungan penulis yang telah dituangkan dalam buku Ikhtiar Memahami Shalat Khusyuk. Dengan kemampuan menerapkan pendekatan ‘irfani yang masih awam, penulis berupaya melakukan tadabbur (perenungan/refleksi mendalam) terhadap bimbingan Al-Qur`an dan Hadits tentang dzikir di bawah cahaya ilmu para ulama. Tadabbur ini amat penting di lakukan. Tujuannya agar pen-tadabbur —insya Allah— dapat menangkap makna terdalam dari untaian zikir-zikir yang istimewa itu. Zikir-zikir setelah salam disebut istimewa karena langsung diajarkan oleh Rasul pilihan Allah, Muhammad Saw.
        ************

Suluk di sini diartikan sebagai jalan ruhaniah/spiritual menuju Allah. Ibadah shalat sesungguhnya jalan ruhaniah/spiritual terbaik menuju Allah. Di akhir shalat yang ditandai dengan salam —meskipun seorang  sudah rehat dari ibadah yang amat penting ini, — kita masih dituntun untuk melanjutkan perjalanan ruhaniah dengan membaca tasbih, tahmid, takbir dan tahlil.

Seorang mukmin mesti terus mendalami, merenungkan, men-tadabbur-i makna tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil ini serta stratifikasi (tingkatan) makna ruhaniahnya. Dengan cara demikian, zikir ini akan mendidik dan mencerahkan kehidupan ruhanih hamba beriman setiap kali ia selesai shalat.

Tasbih: سبحان الله
Kalimat tasbihsubhanallah” (Maha Suci Allah) secara harfiah bermaka Maha Suci Allah dari segala kesyirikan, Maha Suci Allah dari penyifatan-penyifatan yang tidak pantas kepada-Nya, Maha Suci Allah dari kekurangan, kelemahan, ketidaksempurnaan, dan sebagainya. Tasbih ini menafikan pandangan hamba tentang segala hal yang mengurangi Kemahasempurnaan Allah dalam segala hal. Tasbih dengan demikian bermakna juga penolakan hamba terhadap segala pandangan, penyikapan dan perlakuan yang merendahkan Kemahasempurnaan Allah. Tasbih, semakin diulang satu kali, dua kali, tiga kali dan seterusnya hingga 33 kali, akan menghunjamkan kesadaran ruhaniah kita bahwa Allah SWT benar-benar Maha Suci dari kesyirikan, kekurangan, ketidaksempurnaan, kelemahan, dll., yang bersifat negatif. Dengan demikian tasbih meneguhkan keyakinan bahwa Allah SWT benar-benar Maha Sempurna, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Pemelihara, Maha Bijaksana, Maha Mengetahui, dan seterusnya (baca Asma` al-Husna). Jadi tasbih sesungguhnya membimbing pandangan ruhaniah kita untuk melihat dengan mata hati akan Kemahasempurnaan dan Kemahaindahan Asma` Allah. Tasbih yang sering diulang setiap selesai shalat akan mengantarkan hamba kepada tauhid yang murni atau menjadi orang yang benar-benar ikhlas dalam menjalankan agama.

Marilah rehat ruhaniah sejenak di stasiun tasbih ini. Renungkanlah posisi hamba di stasiun ini. Setelah mengetahui posisi hamba dengan baik pada stasiun ini, maka lihatlah dengan pandangan mata hati yang jernih bahwa engkau akan melanjutkan perjalanan ke stasiun tahmid.

Tahmid: تحميد
Tahmid adalah pujian kepada Allah, dengan lafaz alhamdulillah (segala puji milik Allah). Di stasiun kedua ini, engkau memuji Allah. Ucapkanlah alhamdulillah satu kali, dua kali, tiga kali, sampai 33 kali. Kontemplasikanlah jiwa dan pikiranmu dari satu lafaz tahmid ke lafaz tahmid berikutnya. Apa yang engkau saksikan? Insya Allah engkau akan menyaksikan bahwa engkau adalah hamba yang bersyukur (‘abdan syakura) terhadap rahmat dan kasih sayang Allah yang tiada terhingga. Engkau telah menerima rahmat dan kasih sayang Allah sejak engkau di alam kandungan hingga nafasmu yang terakhir. Dengan tahmid ini kesadaranmu semakin menghunjam tentang bagaimana sangat bergantungnya engkau kepada Allah. Tidak ada bagian dan sisi hidupmu yang tidak bergantung kepada Allah. Semakin jauh tahmid-mu, maka engkau semakin menyadari bagaimana sangat butuh dan lemahnya engkau di sisi-Nya. Lihatlah dirimu di ujung tahmid ini. Engkau sesungguhnya makhluk lemah, sangat lemah, dan tak berdaya. Engkau makhluk yang —seluruh sisi hidupmu— membutuhkan kasih sayang Rabb-mu sejak engkau dalam rahim ibu sampai dipanggil Allah. Sejenak, jika engkau berhenti di ujung tahmid ini dan melihat dengan kesadaran mata batin tentang posisimu di hadapan Rabb al-‘Arsy al-’Azhim, maka engkau harus melenyapkan segala egomu. Karena jika tidak demikian, engkau tidak akan berhasil menjadi ‘abdan syakura (hamba yang bersyukur). Selanjutnya, teruskanlah perjalanan sulukmu ke stasiun takbir dengan ucapan Allahu akbar (Allah Maha Besar).

Takbir: تكبير
Sekarang engkau telah tiba di stasiun (pendakian) ketiga, yakni stasiun takbir. Di sini ucapkanlah Allahu akbar (Allah Maha Besar). Sebagaimana pada stasiun sebelumnya, maka bertakbirlah engkau dari takbir yang satu ke takbir ke dua, lanjut ke takbir ke tiga dan seterusnya hingga takbir yang ke 33. Kontemplasikanlah jiwa dan pikiran mu dari takbir yang satu ke takbir berikutnya hingga takbir terakhir. Di sini, jika tadinya engkau berhasil melewati stasiun tahmid dengan baik, maka engkau akan semakin dekat dengan Allah. Mata batinmu semakin jelas melihat Kemahaagungan, Kemahabesaran, dan Kemahasempurnaan-Nya. Engkau —insya Allah— akan berada dalam terang Nur-Nya. Engkau akan menyaksikan —dengan mata batin dan kesadaran qalbiyah— Keesaan-Nya yang Mulia dan Agung. Dengan ber-takbir maka engkau sempurnakan tasbih dan tahmid-mu. Hal ini juga bermakna bahwa engkau menyempurnakan ta’zhim-mu kepada Allah. Di puncak takbirmu engkau akan menemukan kebebasan dirimu dari syirik. 

Tahlil: تهليل
Oleh karena itu tutuplah perjalanan ruhaniah pada segmen ini dengan statement tauhid yakni dengan mengucapkan tahlil berikut:
لا اله الا الله وحده لاشريك له له الملك وله الحمد وهوا على كل شيء قدير

(Tiada sembahan selain Allah semata. Tiada syerikat bagi-Nya. Milik-Nyalah segala kekuasaan dan milik-Nya pula segala puji. Dia Maha Kuasa terhadap segala sesuatu).*

Ingatlah pesan Nabi Saw., dalam salah satu hadits shahih bahwa orang yang membaca zikir tasbih, tahmid, dan takbir ini masing-masing 33 kali dengan khusyuk, lalu ditutup dengan tahlil sebagaimana tersebut di atas, maka dosa-dosanya akan gugur walaupun sebanyak buih di lautan. Allahu a’lam.

_________________
*Hadits tentang zikir tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil setelah salam ini dikutip dari Maj. Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam PP Muhammadiyah, Tuntunan Dzikir dan Do’a Menurut Putusan Tarjih Muhammadiyah (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, Cet. 2, 2004), h. 53-54.

Gambar: 24 Mei 2024 saat menghadiri Mudzakarah MUI Kota Padangsidimpuan

1 comment: