UKHUWAH PENUH CINTA WALAU BERBEDA PENGAMALAN AGAMA



Munculnya perbedaan dalam pengamalan agama merupakan fitrah alamiah dari keberagamaan itu sendiri. Oleh karena itu, jika ada pandangan bahwa dalam beragama mesti satu warna, maka pandangan ini akan kontra produktif dengan watak alamiah keberagamaan itu sendiri.
Dalam perspektif keilmuan, perbedaan ini muncul karena dalam memahami nash/teks Al-Quran dan Hadits, para ulama mujtahid yang diikuti ummat Islam memiliki paradigma dan metodologi pemahaman agama yang berbeda. Konsekuensinya, lahirlah bentuk pemahaman dan pengamalan agama yang berbeda pula. 

Dalam sejarah fiqih, tampak bahwa perbedaan pemahaman dan pengamalan agama telah muncul sejak masa sahabat. Selanjutnya, pada era tabi'in hingga tabi'ut tabi'in mulai pula muncul mazhab-mazhab fiqih yang melembagakan perbedaan pemahaman dan pengamalan agama di tubuh umat Islam. 
Berdasarkan kenyataan kesejarahan ini, maka dapat dinyatakan bahwa pandangan yang melihat bahwa pemahaman dan pengamalan agama umat Islam mesti seragam merupakan pandangan yang bersifat ahistoris.

Kesadaran kesejarahan terhadap realitas perbedaan ini wajib dimiliki oleh setiap Muslim. Dinyatakan wajib, karena perbedaan ini merupakan sunnatullah (taqdir) yang muncul secara natural, dan tidak mungkin ditolak. Mereka yang menolak perbedaan ini  sama saja dengan menolak taqdir.

Keseragaman pemahaman dan pengamalan hanya mungkin dilakukan dalam satu mazhab atau satu jam'iyah. Memaksakan pemahaman suatu mazhab atau jam'iyah kepada mazhab/jam'iyah lain sama saja dengan seseorang memaksakan pikiran atau pendapatnya kepada orang lain. Sikap dan tindakan seperti ini adalah sikap/tindakan thaghut yang menindas keberagamaan. Kaum beriman, harus menjauh dari sikap/tindakan memaksakan pemahaman dan pengamalan keagamaan yang demikian ini.

Oleh karena itu mari kita terima dan rayakan perbedaan antar mazhab atau jam'iyah ini dalam ukhuwah imaniyyah yang penuh cinta, sembari kita terus berlomba-lomba dalam beragama.  Allahu a'lam.

Gambar: Raker Perencanaan UIN Syahada di Bukittinggi.

0 comments: