TEOANTROPOEKOSENTRIS: DARI PENCARIAN KEBENARAN MENUJU PENCARIAN KEINDAHAN




Pencarian terhadap ilmu pengetahuan tidak cukup hanya mencari yang benar dan baik. Tapi di atas itu perlu dilanjutkan kepada pencarian ilmu yang indah, berseri dan anggun.
Pengetahuan agama yang baru sebatas Fikih dan Kalam (Tauhid Rasional) hanya sampai kepada ilmu yang benar dan baik, namun belum bersentuhan dengan ilmu yang indah dan angggun. Agar sampai kepada ilmu yang indah, berseri dan anggun, maka mesti naik kepada pengetahuan 'irfani (nama lain: pengetahuan sufistik atau pengetahuan mistis-intuitif). Pada tingkat inilah seorang pencari ilmu (thalabul 'ilmi) akan merasakan keindahan ilmu pengetahuan.

Pada tingkat 'irfani ini, seorang pencari ilmu agama tidak lagi berada pada kawasan ilmu bentuk/form (yaitu syarat, rukun, kaifiat, haiat dan juz'iyat), tetapi sudah berada pada kawasan makna, esensi dan atau substansi yang bersifat  rabbaniyah atau ilahiyah (ketuhanan). 

Fakultas (elemen) kejiwaan yang harus didayagunakan pada pengetahuan 'irfani ini adalah qalbu (hati). Qalbu inilah yang dapat menangkap (mempersepsi) dan merasakan ("mengindera") objek pengetahuan pada wilayah alam malakut (alam malaikat) dan alam lahut (alam ketuhanan). Para ulama dan 'arifin (ulama-ulama yang arif) menyatakan bahwa hanya qalbu yang suci yang dapat mempersepsi dan mengindera objek-objek pengetahuan pada wilayah ini.

Bagaimana dengan pengetahuan yang indah dalam Sains?
Pengetahuan yang indah dalam sains sama dengan pengetahuan yang indah dalam agama. Tidak ada bedanya. Hal ini karena objek kedua pengetahuan ini adalah sama, yaitu ayat-ayat Allah. Objek pengetahuan agama adalah ayat qauliyah (Qur'aniyah), sementara objek pengetahuan Sains adalah ayat kauniyah (manusia dan alam semesta). Kedua bentuk ayat ini, secara aksiologis, menjadi tanda-tanda atau simbol-simbol bagi Kemahasucian, Kemahaterpujian dan Kemahabesaran Allah SWT. Dalam sebutan lain, menjadi tanda atau simbol untuk mengenal Allah.

Oleh karena itu semua deskripsi atau penjelasan saintifik tentang wujud manusia dan alam semesta, meskipun dalam bentuk teori atau rumus yang rumit, pada hakikatnya adalah tanda atau simbol bagi Kemahasucian, Kemahaterpujian dan Kemahabesaran Allah SWT. 

Persepsi sufistik (atau persepsi qalbiyah rabbaniyah) seorang saintis (atau pelajar sains) terhadap semua objek sains akan memberi citra atau kesan kepada qalbu tentang keindahan Asma' Allah dan makna-makna yang dikandungnya. Kesan atau citra ini kemudian menjadi thariqah (jalan ruhaniyah) bagi qalbu untuk menerima ilmu ilahiy yang datang secara intuitif (ilhamiy) dari Allah kepada seorang penuntut ilmu. Ilmu Ilahiy itu dibawa oleh malaikat ke dalam qalbu seorang ahli sains atau pelajar sains. Ilmu ilahiy yang indah ini dapat bertahan dan makin menguat serta mencahayai diri pribadi seseorang jika ia terus menjaga kesucian qalbu-nya. 

Kata Penutup
Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditegaskan bahwa pemahaman agama yang benar dan indah memerlukan kemampuan pikir  (ketajaman analisis) dan zikir (tazkiyatunnafs= pembersihan jiwa) yang intens. Tanpa kemampuan zikir dan pikir yang padu dan intens maka seorang pencari ilmu tidak akan sampai kepada puncak kesadaran ilmu yaitu hamba yang menyadari kesempurnaan ciptaan Allah, lalu bertasbih memuji-Nya dan takut kepada siksa neraka. 
Hal demikian ini sebagaimana penggambaran Allah tentang kepribadian para pencari ilmu dalam surat Ali Imran ayat 190 dan 191. 
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ وَا خْتِلَا فِ الَّيْلِ وَا لنَّهَا رِ لَاٰ يٰتٍ لِّاُولِى الْاَ لْبَا بِ 
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,"

الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَا مًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ ۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَا طِلًا  ۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَا بَ النَّا رِ
"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka."
Allahu a'lam.

Gambar: Pembahasan Draf Ortaker UIN di Mercure Hotels Jakarta Pusat

0 comments: