JALAN INDUKTIF DALAM PENELITIAN KUALITATIF

Induktif adalah metode berpikir klasik yang alurnya dari khusus ke umum; dari partikular ke universal; dari juz'i ke kulliy. Jalan berpikir ini diwariskan oleh seorang filsuf besar Yunani Kuno, Aristoteles.
Aristoteles mengajarkan bahwa untuk mencapai substansi sesuatu sebagai suatu bentuk abstraksi pengetahuan paling tinggi atau suatu kategori paling umum (universal/kulliy) yang dibangun oleh rasio terhadap hasil penginderaan kepada alam atau penomena empiri, maka harus dimulai dari abstraksi rasio terhadap unit/satuan terkecil yang ditangkap oleh indera. Ia mencontohkan sebagai berikut:
Manusia mengindera berbagai satuan makhluk yang terbang menggunakan sayap.  Di antaranya merpati, perkutut, kakak tua, nuri,  walet dan lain-lain. Berbagai satuan makhluk bersayap ini dapat diabstraksikan dengan suatu kategori yang lebih umum di atasnya yaitu "burung". Burung -- dalam abstraksi selanjutnya-- adalah salah satu kategori dari kategori yang lebih umum lagi yaitu "binatang". "Binatang" juga bagian dari kategori yang lebih umum lagi dari kategori yang lebih mencakup yaitu "makhluk hidup". Jika suatu kategori tidak ada lagi yang mengatasinya, maka itulah yang disebut dengan substansi. Dengan demikian substansi dari burung adalah makhluk hidup.

Dalam contoh di atas, tampak bahwa rasio manusia pertama-tama mengolah satuan/unit terkecil yang dilaporkan oleh indera, selanjutnya mengabstraksinya beberapa kali hingga mencapai tingkat abstraksi yang universal, umum atau kulliy. Sekali lagi, tingkat abstraksi terakhir inilah yang disebut oleh Aristoteles sebagai "substansi barang sesuatu". Dalam contoh di atas ditunjukkan bahwa substansi burung merpati adalah makhluk hidup. Aristoteles menegaskan bahwa substansi adalah tingkat abstraksi pengetahuan yang paling tinggi dari berbagai satuan empiri.

Untuk diketahui, jalan berpikir seperti demikianlah yang disebut dengan metode berpikir induktif yang selanjutnya --abat ke-19-- menjadi jalan bernalar dalam metode penelitian kualitatif. 

Burhan Bungin dalam  Post-Qualitative Social Research Methods menjelaskan bahwa alur bernalar dalam prosedur analisis data manual pada metode kualitatif-fenomenologis sebagai berikut: 

Setelah tumpukan catatan harian ditranskrip dengan baik menyerupai keadaan yang terjadi saat mengumpul data,  maka peneliti melakukan hal-hal berikut secara berkesinambungan:
1. Membuat coding, yaitu memberi kode-kode untuk menandai satuan/unit terkecil dalam data.
2. Membuat kategori. Kode-kode yang masih berantakan dikategorisasi berdasarkan kesamaan kode.
3. Menentukan tema. Kesamaan kategoris dapat membentuk suatu tema.
4. Membuat memos. Memo dibentuk berdasarkan kesamaan tema. Dengan penggunaan memos ini, peneliti dapat terlibat ketingkat abstraksi yang lebih tinggi sehingga peneliti merasakan sensitivitas tinggi terhadap makna yang terkandung dalam data.
5. Peneliti selanjutnya membangun teori. Tahap memos sebenarnya telah mengantarkan peneliti membangun teori dari data di lapangan.
6. Mengonfirmasi teori yang dibangun dengan berbagai konsep dan teori yang dihasilkan ilmuan lain sebelumnya.
7. Mengonstruksi teori. Jika telah selesai mengonfirmasi teori, maka apa pun hasilnya, peneliti dapat segera masuk ke tahap mengonstrukai teori.
8. Pekerjaan terakhir adalah memublis teori. Publis teori ini adalah bentuk pengabdian kepada masyarakat dan sekali gus pertanggung jawaban peneliti di tengah komunitas ilmuan.
Allahu a'lam.


0 comments: